Pada saatnya beberpa hari lalu pemerintah dalam projectnya harus pula merancang mengenai ketetapan dan kesepakatan dunia ttg GHS.
Dananya adalah 350 Juta cash in advance (bantuan lagi).
Project tersebut dilelangkannya...namun lelang hanyalah lelang, pemenangnya adalah sebuah perusahaan yang tidak mengerti sama sekali mengenai GHS. Selidik punya selidik ternyata itu perusahaan cuman akal bulus dari para pejabat di transport dept.
akhirnya sipemenang mngkontaklah kolega saya yang memang sudah dan sedang mengerjakan mengenai GHS untuk kepentingan Asosiasinya yang dia komandani.
dealing terjadi dan semua bagi saya sangat menakjubkan :
dari nilai 350 juta ternyata 200 juta sudah entah raib kemana dari sejak awal.. selidik punya selidik sudah dipotong masuk ke dompetnya pejabat.
sisa 150 juta berada di tangan si pemenang tender. Rekan saya hanya singkat dan padat... berkomentar "ya sudah 100 juta buat saya dan 50 juta silahkan buat anda".
dealing selesai...
dari kasus di atas saya menggaris bawahi 2 hal :
1. Untuk Project GHS tersebut ternyata para pejabat telah menggelembungkan nilai project yang sebetulnya cukup dengan anggaran dibawah 100 juta.
2. Apapun tendernya dilingkunagn government boleh dibilang hampir semuanya pasti dana project di potong dahulu oleh pejabat yang berwenang dan itu biasayanya lebih dari 50%.
beberapa minggu yang lalu diterimalah sebuah sms dihanphone saya dari seseorang bernama IPDA SWT Kanit lantas di daerah Sumatera sana berisi "Bapak Saya mau ijin melapor nomer rekening saya BNI dengan nomer xxxxx"
Saya nggak menggubrisnya.... tapi dia semakin hari semakin bersemangat mengingatkan saya untuk menrasfer sejumlah uang dengan ancaman truck-truck kami yang lewat akan di tahan.
cerita berlanjut semakin menjijikan... hingga sekarang akan terus berlanjut
dua cerita yang saya alami tersebut merupakan cerminan bangsa terutama pejabat dan aparat.
Ini sebuah kondisi dilematik, Bila kita melawan aparat dan pejabat kedepannya kita yang susah...makanya saya merancang suatu skenario yang menurut saya bisa ampuh yaitu dengan cara sosial and psikologi presure bagi anak-anak mereka.
Saya tahu Pak Soewito memiliki anak di Sekolah dasar, dan saya punya dokumen untuk prilaku korupnya dia. gampang bagi saya mengirim pengumumang dan surat kesekolah anak tersebut dan menyatakan bahwa bapaknya adalah pemalak brutal di depan temen-temennya. sehingga si anak akan mendapatkan presure sosial dan mental dari lingkungannya.
Saya memahami pasti ada yang menentang skenarion tersebut dengan alasan bahwa anak tersebut tidak tahu apa-apa. Begitupun Orang miskin dan orang susah bangsa ini, mereka tidak tahu apa-apa kenapa mereka hidup susah... ternyata itu ulah dari para koruptor dan pemalak berseragam yang brutal.
namun skenario tersebut masih belum dapat restu.....
sekelumit tentang pekerjaanku..........
salam
hadi tea EUY!!!
1 comment:
Yang ini ceritanya gak bagus.
Kalo orangnya tau,bisa-bisa dianggap mengancam dan mencemarkan nama baik. Jadi repot. Mending gak ditulis namanya, bikin aja, nama samaran atau nama sengaja dirahasiakan.
Post a Comment