HK is for Hadi Kuncoro

My photo
A Friend, Husband & Father! Time is always change and so does the world! House of Changes by HK is there to partner with you to share, brainstorm and dreams. We build a new pardigm for a better life and society. I do invite you to encourage ourself to lead the changes! Hadi Kuncoro

Thursday, November 11, 2004

Kegaringan di Kala Lebaran (Mohon Maap Lahir dan Bathin)

"Aduuh... si Ade (panggilan masa kecilku) sudah besar ya sekarang ?" Jemputan sapa dari sang "tante" (anaknya adiknya nenek dari ibuku) manakala kami bersilaturahmi di hari kedua Lebaran disekitaran tahun 80-an awal (waktu itu aku masih imut-imut toh).

Di atas salah satu kegaringan yang selalu muncul manakala kita berkunjung bersilaturahmi di seputaran Hari Raya Lebaran, dan pada saatnya dulu aku masih kecil sering aku sebel dan merasa tidak nyaman karenanya. Aku yakin bahwa ketika sekarang aku sudah memiliki anak, sebisa mungkin untuk tidak menerapkan kegaringan yang dulu pernah orang tuaku lakukan, Seperti :

Beberapa hari menjelang mudik aku dipaksa untuk bercukur rambut dan yang bikin sebel adalah ditemani dan ditungguin oleh Ayahku atau Ibuku langsung, padahal biasanya paling dianter pembantu. Yang parah adalah kalo ditungguin ayah, maka model potongan akan disesuaikan dengan selera beliau yang bergaya tentara-tentaraan (padahal ayahku bukan seorang tentara loh).

Kejadian yang juga menyebalkan dialami oleh kakakku persis (beda satu tahun, jadi masih sama-sama kecil umur 6-7 tahun lah), kegaringan mulai dari sejak pakaian. Menjelang lebaran ibu selalu beli baju lebaran yang timingnya mepet ke lebaran dan most probably model yang dipilih adalah pakaian yang berenda dan berumbai-rumbai apesnya karena waktu belinya mepet, so tak sempatlah untuk kemudian dicucikan atau diloundry. Apa yang bakal terjadi ? yup !! gatel karena rendaannya. Kemudian memasuki ke tahap Hari H Lebaran dan bersiap-siap untuk bersilaturahmi, dijamin itu rambut pasti dikepang atau dibuntut kuda dengan ketat dan ngepres sekali yang pasti sangat menyakitkan di rambut kakakku. Berikutnya adalah masa bertandang ke rumah sanak famili yang kebetulan sudah agak lama tak pernah bertemu, kejadian garing berikutnya adalah :
"Aduuuhh... Si Teteh (panggilan kecil kakakku) udah besar sekarang yah ?" Si teteh mah mesem-mesem aja nggak karuan sambil lendot-lendotan di tangan ibuku
"Padahal seingat Tante baru kemaren Tante nimang-nimang dan gendong-gendong..bla..bla..bla... " Begitulah kicau standard sang Tante pada saat menyambut keluarga kami (gue mah dicuekin, abis gue kan anaknya tidak eye catching hehehe ini garing banget!) memasuki ruang keluarganya yang gedong itu dan tak lupa aksi cubitan gemas dipipi (lebih tepat diuwel-uwel pipinya) sebagai tambahan expresi kebahagian dalam menyambut silaturahmi tersebut.

Memasuki tahapan makanan santapan ketika bertandang, yang pasti makanannya ya begitu-begitu saja hampir semua menu layaknya di sebuah negara sosialis komunis yang sama rata sama rasa. Menu yang hampir di semua rumah bisa ditemui adalah ketupat, opor, sambel goreng, goreng kacang, dan syrupnya pasti itu-itu aja rasanya.

Acara maap-maapan tak kalah garingnya, karena sebuah formalisasi di keluarga besar maka siapapun yang kita temui wajib kita untuk menyalaminya dan pake acara cium tangan pula. Padahal kalo difikir-fikir kita nggak tahu siapa mereka. But any way, apapun kegaringan yang pernah dulu kita rasakan dimasa kita kecil, Lebaran harus tetap kita jalankan sesuai dengan syariat dan akidahnya serta norma adat budayanya. Karena Lebaran adalah makna hakikat kehidupan manusia, yang berkewajiban untuk dapat mengharmonisasikan antara Hablum minallah dan Hablum minanas. Dan aku akan mengajarkan terus pada keturunan-keturunanku dengan eleminasi kegaringan buat sang buah hati tentunya.

Sambil bernostalgia, apalagi yah yang garing yang pernah kalian alami di masa kecil dulu pada saat lebaran tiba ? Yok sharing yok !

Menjelang Hari Raya Kemenangan, Saya pribadi dan Keluarga mengucapkan :


Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maap Lahir dan Bathin.
Selamat Mudik dan berlibur panjang di kampung halaman dan kembali dengan wacana baru. Amin ya Robbal alamin.
Wassalam
h@di, Yosie and Aurel tea EUY!!!

Wednesday, November 10, 2004

Ketika Penasaranku Tak Menemukan Jawaban

"Hemmm...long legs and blond hair..." Gumamku sore hari di lobby gedung kantor menunggu kendaraan yang baru saja kupanggil dengan fasilitas car call.
Jam 5.15 sore adalah jadwal tepat untuk menunggunya melintas tepat di depan wajahku dan mengaggumi kecantikan dan keindahannya. Dari sejak pertama aku sangat penasaran terhadapnya, wanita berusia 20-an akhir menjelang 30 dengan paras cantik jelita, berpakaian anggun layaknya professional muda yang dewasa, dengan stocking membalut jenjang kakinya, berkulit bersih kuning langsat dan berambut tergerai sedikit berombak.

Aku memanggilnya untuk diriku sendiri dengan sebutan Tante May, namun sebetulnya aku tak pernah berani untuk bicara atau bahkan hanya sekedar menyapanya. dia bekerja di sebuah kantor asing di gedung yang sama dengan tempatku bekerja, hanya terpaut dua lantai di atasku. Dari hasil penyelusuran , Dia bernama lengkap : Mayshali Nasutrisna, wanita campuran dua kebudayaan di Indonesia. Bekerja sebagai sekretaris executive untuk Direksi (setidaknya) yang kebetulan orang bule.

Tante May, sepertinya apa yang aku perhatikan darinya adalah cerminan seorang executive muda kota besar Metropolitan Jakarta, yang penuh dinamika dan semangat pencapaian sebuah harapan masa depan. Sore ini dia mengenakan blazer berwarna hitam dengan dalaman pakaian bermotif bunga dengan high light putih, syal bermerek tak lupa melingkari lehernya. Bawahannya tak kalah menarik perhatianku, rok span berwarna hitam dengan ukuran sedikit di atas lutut dengan kaki jenjangnya berbalutkan stocking warna hitam transparan menggoda dan terakhir jinjit kaki dibalut dengan sepatu berhak 7 cm dengan tiang yang sangat langsing. Fully black colors ternyata membawa kekontrasan yang dinamis dengan warna kulitnya yang kuning langsat dan bersih berkilau. Hemmm... sore itu aku begitu tertegun dan terpana memandangnya. Seperti biasanya dia akan menunggu di lobby kantor menunggu mobil Terrano berwarna gelap, dan tertegun aku menatap di balik gelapnya kaca mobil ternyata Bossnya yang bule tersebut setiap sore pula berada didalamnya.

Suatu sore aku bersiap dengan mobil kantorku untuk pulang, Terrano hitam itu melintas tepat didepanku. Sekonyong-konyong tak ada seorangpun yang memerintahku ku pacu mobilku membuntuti mobil tersebut. Tanpa pemberitahuan dan pengumumam, tujuan memebuntuti jejak terrano ini membuat seisi kendaraanku bertanya-tanya, terutama salah seorang rekan wanita sekerjaku yang setiap hari selalu nebeng sampai perempatan kuningan untuk melanjutkan perjalanan ke Tangerang.
"Uugch..gila setan juga supirnya" gerutuku yang nyaris kehilangan jejak si Terrano hitam
"Elo lagi ngejer-ngejer apaan sih ?" begitu Yoyo temanku putri Tangerang penasaran
"Udah nanti aja, gue kasih tahu yah" kelitku

Padatnya jalanan Kuningan selepas pulang kantor, serasa bagai aktor yang sedang berperan dalam film-film heroic hollywood yang mengendari kendaraan dengan brutality dan lepas kendali (hyperbolik banget dah!!!), pandangan tak lepas dari mangsa sasaran. Gatot Subroto terlewati dan mulai memasuki Semanggi.
"Eh...kemana Terrano hitam itu ?" aku mulai panik menyadarai kuntitannya terlepas tanpa jejak.
"Bodo ah... kayak orang kurang kerjaan aja, ngejer-ngejer mobil nggak jelas" gerutunya tak putut putut siapa hendak turut...aah..putus-putus maksudnya.
"Mam...Lo liat nggak ?" Aku tanya temenku sebelah yang dari tadi nggak pernah perduli dengan apa yang terjadi, seakan dia berpenyakit autis saja.
"Noh...ke Hilton !!" Si Imam menunjuk ke arah depan sekitar 200 Meter di depan gerbang Hotel Hilton (ternyata dia nggak Autis hihihi)

Aku tersentak manakala ku tunggui Tante May tak pernah kunjung keluar di gerbang itu.
Setelah kejadian kejar-kejaran sore itu hasratku untuk mencari tahu lebih lanjut ada hubungan apa Tante May dengan si Bule itu semakin menggebu. Setiap hari aku lewati Hotel Hilton dan hasilnya sama Tante May tak pernah keluar dari gerbang yang mereka masuki.
Seminggu berlalu asa dan harapan tak jua berfihak padaku, aku mulai menyerah. Apa yang aku bisa lakukan hanyalah memandangi dan memperhatikan keayuannya dari kejauhan di lobby gedung kantorku.

Setiap menjumpai dia masuk terrano hitam dan terlihat sang bule tua itu, aku lebih banyak berfikir negatif. Mungkin dia Lady escort atau samen leven atau... dan atau.... tapi terkadang terrano hitam tak mampir menjemputnya di lobby gedung dan selanjutnya Tante naik angkutan umum, dan pernah sekali terlihat di diboncengi oleh seorang lelaki dengan sepeda motor. Yang pasti si pembonceng bukan seorang tukang ojek atau seorang bayaran si bule untuk menjemput si tante.

Hari ini semua pertanyaan yang terlintas dalam benakku belumlah pula terjawab dan terungkap. Namun tak kuasa frustasiku menuju puncak titik kulminasi tertinggi dan kuhentikan semua usahaku tuk mengetahui dan menggali seorang Mayshali Nasutrisna. Aku hanya birsa berucap dengan sebuah pertanyaan menggelantung dalam benakku, "Hai Tante May siapakah gerangan dirimu, apakah engkau seorang" :
A. Wanita Simpanan Bule
B. Isteri Resmi Bule
C. Joki Three in one jalan utama Sudirman Thamrin hingga Kota
D. Pemilik Hotel Hilton

Bagi siapa saja yang mengenal tante May ditunggu jawabanya, dan ada hadiah menarik dari penulis.

Note : Kesamaan Nama dan Cerita bukan sebuah ketidaksengajaan yang disengaja. Mohon maap lahir dan bathin.

salam
h@di tea EUY!!!

Monday, November 01, 2004

Buka Bersama di Raiman Town House

Sabtu Malam Minggu weekend kemarin, The Raimaners Town House mengadakan acara buka bersama.
Acaranya yang cukup mendadak boleh dibilang lumayan sukses.
dengan dikomandani oleh Ibu Yosie (isteriku sendiri) dan juga di sponsori oleh Ibu Haji. Walau sempat kecemasan menghantui karena mendung dan suara geluduk kerap terdengar mulai pukul 5 sore. Juga sangat disayangkan beberapa keluarga berhalangan hadir karena ada acara di luar dan beberapa lagi sedang dalam kondisi sakit.
Seperti biasa keahlian masak-memasak The Raimaners unjuk gigi dan atau pesen atau beli it's fine.

Sementara sorenya Bapak-bapak mulai mempersiapkan meja-meja, karena tempat kita mengadakan buka bersama adalah halaman utama Raiman Town House alias open air. Semua Emergency lamp dipasang, tikar rotan dan karpet terhampar sebagai alas sajadah untuk melakukan shallat Maghrib bersama.

Shallat Maghrib dan buka bersama di akhiri dengan ngobrol ngalor ngidul, sambil berdiskusi mengnai rencana mudik lebaran. Semoga dengan kebersamaan dan keihklasan kami semua dalam bertetangga menjadikan tempat yang barokah untuk kami semua dan terutama untuk anak-anak kami. Amin.

hadi dan photo Oom Dicky.