"Hemmm...long legs and blond hair..." Gumamku sore hari di lobby gedung kantor menunggu kendaraan yang baru saja kupanggil dengan fasilitas car call.
Jam 5.15 sore adalah jadwal tepat untuk menunggunya melintas tepat di depan wajahku dan mengaggumi kecantikan dan keindahannya. Dari sejak pertama aku sangat penasaran terhadapnya, wanita berusia 20-an akhir menjelang 30 dengan paras cantik jelita, berpakaian anggun layaknya professional muda yang dewasa, dengan stocking membalut jenjang kakinya, berkulit bersih kuning langsat dan berambut tergerai sedikit berombak.
Aku memanggilnya untuk diriku sendiri dengan sebutan Tante May, namun sebetulnya aku tak pernah berani untuk bicara atau bahkan hanya sekedar menyapanya. dia bekerja di sebuah kantor asing di gedung yang sama dengan tempatku bekerja, hanya terpaut dua lantai di atasku. Dari hasil penyelusuran , Dia bernama lengkap : Mayshali Nasutrisna, wanita campuran dua kebudayaan di Indonesia. Bekerja sebagai sekretaris executive untuk Direksi (setidaknya) yang kebetulan orang bule.
Tante May, sepertinya apa yang aku perhatikan darinya adalah cerminan seorang executive muda kota besar Metropolitan Jakarta, yang penuh dinamika dan semangat pencapaian sebuah harapan masa depan. Sore ini dia mengenakan blazer berwarna hitam dengan dalaman pakaian bermotif bunga dengan high light putih, syal bermerek tak lupa melingkari lehernya. Bawahannya tak kalah menarik perhatianku, rok span berwarna hitam dengan ukuran sedikit di atas lutut dengan kaki jenjangnya berbalutkan stocking warna hitam transparan menggoda dan terakhir jinjit kaki dibalut dengan sepatu berhak 7 cm dengan tiang yang sangat langsing. Fully black colors ternyata membawa kekontrasan yang dinamis dengan warna kulitnya yang kuning langsat dan bersih berkilau. Hemmm... sore itu aku begitu tertegun dan terpana memandangnya. Seperti biasanya dia akan menunggu di lobby kantor menunggu mobil Terrano berwarna gelap, dan tertegun aku menatap di balik gelapnya kaca mobil ternyata Bossnya yang bule tersebut setiap sore pula berada didalamnya.
Suatu sore aku bersiap dengan mobil kantorku untuk pulang, Terrano hitam itu melintas tepat didepanku. Sekonyong-konyong tak ada seorangpun yang memerintahku ku pacu mobilku membuntuti mobil tersebut. Tanpa pemberitahuan dan pengumumam, tujuan memebuntuti jejak terrano ini membuat seisi kendaraanku bertanya-tanya, terutama salah seorang rekan wanita sekerjaku yang setiap hari selalu nebeng sampai perempatan kuningan untuk melanjutkan perjalanan ke Tangerang.
"Uugch..gila setan juga supirnya" gerutuku yang nyaris kehilangan jejak si Terrano hitam
"Elo lagi ngejer-ngejer apaan sih ?" begitu Yoyo temanku putri Tangerang penasaran
"Udah nanti aja, gue kasih tahu yah" kelitku
Padatnya jalanan Kuningan selepas pulang kantor, serasa bagai aktor yang sedang berperan dalam film-film heroic hollywood yang mengendari kendaraan dengan brutality dan lepas kendali (hyperbolik banget dah!!!), pandangan tak lepas dari mangsa sasaran. Gatot Subroto terlewati dan mulai memasuki Semanggi.
"Eh...kemana Terrano hitam itu ?" aku mulai panik menyadarai kuntitannya terlepas tanpa jejak.
"Bodo ah... kayak orang kurang kerjaan aja, ngejer-ngejer mobil nggak jelas" gerutunya tak putut putut siapa hendak turut...aah..putus-putus maksudnya.
"Mam...Lo liat nggak ?" Aku tanya temenku sebelah yang dari tadi nggak pernah perduli dengan apa yang terjadi, seakan dia berpenyakit autis saja.
"Noh...ke Hilton !!" Si Imam menunjuk ke arah depan sekitar 200 Meter di depan gerbang Hotel Hilton (ternyata dia nggak Autis hihihi)
Aku tersentak manakala ku tunggui Tante May tak pernah kunjung keluar di gerbang itu.
Setelah kejadian kejar-kejaran sore itu hasratku untuk mencari tahu lebih lanjut ada hubungan apa Tante May dengan si Bule itu semakin menggebu. Setiap hari aku lewati Hotel Hilton dan hasilnya sama Tante May tak pernah keluar dari gerbang yang mereka masuki.
Seminggu berlalu asa dan harapan tak jua berfihak padaku, aku mulai menyerah. Apa yang aku bisa lakukan hanyalah memandangi dan memperhatikan keayuannya dari kejauhan di lobby gedung kantorku.
Setiap menjumpai dia masuk terrano hitam dan terlihat sang bule tua itu, aku lebih banyak berfikir negatif. Mungkin dia Lady escort atau samen leven atau... dan atau.... tapi terkadang terrano hitam tak mampir menjemputnya di lobby gedung dan selanjutnya Tante naik angkutan umum, dan pernah sekali terlihat di diboncengi oleh seorang lelaki dengan sepeda motor. Yang pasti si pembonceng bukan seorang tukang ojek atau seorang bayaran si bule untuk menjemput si tante.
Hari ini semua pertanyaan yang terlintas dalam benakku belumlah pula terjawab dan terungkap. Namun tak kuasa frustasiku menuju puncak titik kulminasi tertinggi dan kuhentikan semua usahaku tuk mengetahui dan menggali seorang Mayshali Nasutrisna. Aku hanya birsa berucap dengan sebuah pertanyaan menggelantung dalam benakku, "Hai Tante May siapakah gerangan dirimu, apakah engkau seorang" :
A. Wanita Simpanan Bule
B. Isteri Resmi Bule
C. Joki Three in one jalan utama Sudirman Thamrin hingga Kota
D. Pemilik Hotel Hilton
Bagi siapa saja yang mengenal tante May ditunggu jawabanya, dan ada hadiah menarik dari penulis.
Note : Kesamaan Nama dan Cerita bukan sebuah ketidaksengajaan yang disengaja. Mohon maap lahir dan bathin.
salam
h@di tea EUY!!!
No comments:
Post a Comment