HK is for Hadi Kuncoro

My photo
A Friend, Husband & Father! Time is always change and so does the world! House of Changes by HK is there to partner with you to share, brainstorm and dreams. We build a new pardigm for a better life and society. I do invite you to encourage ourself to lead the changes! Hadi Kuncoro

Saturday, February 26, 2005

Apa nih Apa tuh ?

+ " Hiiy...jijik... Ayamkan suka makan makanan yang gak jelaskan Yah?"
- "Maksudnya ?" begitu aku bertanya balik pada pertanyaan yang terlontar dari anakku yang sedang hendak menyantap ayam goreng Ny. Suharti
+ "Iya maksudnya aku, bisa ajakan ayam makan makanan yang haram" papar anakku yang memiliki tingkat kritis melebihi anak seusianya
- "Bisa juga apalagi ayam kampung yang bebas berkeliaran"
+ "Berarti daging ayamnya yang Urel makan juga haram dong Yah ?" tanya anaku lebih lanjut
Tertegun aku menyimak balik percakapan dengan Putri semata wayangku, Aurelia. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan semakin sering terlontar dari seorang Manusia kecil yang sedang tumbuh dan mengenal dunia nyata ini, yang kadang-kadang kita sebagai orang tua menjadi gelagapan dan tergopoh untuk menjawab pertanyaan yang biasanya kita anggap sederhana dan tak terduga tersebut.

+ "Bunda, Nabi Adam dan Siti Hawa kulitnya warnanya apa Bun ?" suatu sore di acara nonton televisi bersama antara isteri dan anakku yang sedang menayangkan tayangan agama bercerita tentang kelahiran manusia ke dunia.
- "Mungkin sama dengan warna kulitmu sayang" begitu jawab Isteriku walau dia sendiri terlihat tidak yakin kebenaran jawabannya
+ "Akukan kulitnya berwarna coklat, tapi kenapa Oom Samuel kulitnya berwarna Hitam trus Tante Lindsey kulitnya berwarna putih?" begitu pertanyaan lanjutan spontan anakku yang mempertanyakan temen-teman keluarga kami yang berasal dari beberapa ras.
- "Wah, iya kenapa yah ? Bunda sendiri belum tahu jawabannya Sayang, Maap yah" jawab Isteriku pasrah
+ "Yaaah..." Aurel terlihat cukup kecewa
- "Bunda janji nanti kita sama-sama tanya Ayah, mungkin Ayah tahu jawabannya" Begitu papar isteriku mencoba meredam kekecewaan Putri tunggalnya itu.
Pada saat mendapat kesempatan isteriku langsung mencari handphonenya dan memberitahu akan pertanyaan tersebut untuk segera dicarikan jawabannya sebelum aku pulang ke rumah.

Demikian ilustrasi yang bisa aku bayangkan pada anakku suatu saat nanti dia tumbuh dan memulai interaksinya dengan dunia nyata, siapkah aku sebagai orang tua ? Harus !!!
Karena aku dan isteriku tidak menginginkan feudalism education system (sistem pendidikan jaman Kumpeni) seperti layaknya orang-orang tua kita dahulu kala menerapkannya kepada kita di masa kecil.
Berbahagialah anda yang memiliki buah hati yang memiliki tingkat kritis yang baik, karena itu merupakan cerminan wawasan yang sedang terbentuk didalam dirinya. Saat ini aku sudah melihat tingkat kritis dan cerewetnya dari anakku tercinta, dan melihat itu semua aku selalu tersenyum dan tersadar bahwa itu adalah buah diferensial alias turunan dari karakter orang tuanya masing-masing.
Mungkin beginilah komentar dari teman-temannya nanti melihat kebawelan dan kekritisan anakku di lingkungan bermainnya :
"Pantes aja begitu, lha Bapaknya tukang protes trus ketambah Ibunya pun dari Batak, wah lengkap sudah".
Alhamdulillah, itulah karunia Illahi selanjutnya terserah kami untuk mengikhtiari agar semua potensi tersebut menjadikan hasil yang positif dan barokah untuk kita semua.

Apa pengalaman kalian dengan anak-anakmu tercinta ?
dan jangan lupa bantu aku untuk menjawab dua pertanyaan di atas yah...

salam
h@di tea EUY!!!

Tuesday, February 22, 2005

Haruskah kita menjadi sangar ?

+ "Baik kalo begitu, kita ngobrol sebagai dua pria dewasa dan bukan antara bapak dan anak lagi"
- "Okey, terima kasih Pak" begitu jawabku tegas atas tawaran dari bapakku mengenai bagaimana seharusnya cara kita berkomunikasi antara satu dengan yang lain.
Percakapan tersebut pernah terjadi sekitar di pertengahan tahun 1990-an, pada saat perjanjian perdamaian antara aku dan ayahku yang hampir dua tahun tidak berkomunikasi satu dengan yang lain karena gengsi dan egoisnya masing-masing.

Flash back kebelakang mengenai permasalahan yang terjadi adalah karena sebagai anak laki satu-satunya bapak menilai aku tidak bertanggung jawab atas pilihan hidupnya sendiri memilih universitas yang asal-asalan pada saat UMPTN, sehingga aku muda mengajukan mogok kuliah. Menurut bapaku, Aku adalah tipe manusia pecundang. Bahkan pada saat berita keterimanya aku di UMPTN dulu, ayahku merespon melalui telpon dengan sangat bloon dan culun : "Universitas apa itu ? dimana ?", "Ooooh....", "Terserah kamu mau diambil atau tidak ?"

Ayahku termasuk orang tua jaman baheula yang menerapkan disiplin tinggi, jaga wibawa, kadang main fisik. Yah...yah agak-agak tipe feodal. Namun dari semuanya itu, buah dari hasil cara pendidikan bapakku sangatlah terasa manakala aku menginjak usia dewasa dan harus menjalankan kehidupanku yang mandiri. pengalaman-pengalaman didikan keras dulu sangatlah terngiang dalam benakku sepanjang hidupku, seperti contoh ;
1. Pada saat TK (Taman Kanak-Kanak) aku pernah diikat di pohon depan rumah dan disabet pake sebatang lidi (bukan sapunya lho) karena ketahuan merokok sisa puntung rokok bapaku sendiri,
2. kelas 3 SD di sabet pake sendal kulit jawa (belinya di pasar Bringharjo) dan disuruh tidur dan dikunci di kamar mandi semalam suntuk gara-gara aku tidak mau minum obat cacing yang jaman baheula warnanya hitam dan baunya a'udzubillah,
3. SMP kelas 2 wajib les tenis lapangan setiap jam 2 siang 3 kali seminggu dan setiap latihan Hari Minggu bapaku lebih pelatih dari pada pelatihnya sendiri, pemanasan lari keliling lapangan, push up, sit up dll, pokoknya dilarang menyentuh raket sama sekali hingga aku pingsan dengan sukses,
4. SMP kelas 3 di hukum tidak boleh bawa kendaraan baik sepeda, motor maupun mobil dan wajib naik angkutan umum karena aku menabrakan mobil bapaku ke tembok pager rumah sebelah,

Hal yang paling berkesan adalah hukuman fisik terakhir dari bapaku, yang terjadi pada saat aku SMA kelas 2 gara-gara pinjam mobil untuk apel namun sayang aku terlambat pulang dan tiba di rumah.
+ "Dari mana Kamu ?" tanya bapakku sangar

- "Rumah temen Pak,Bapak jadi pergi ke Bandung?"tanyaku polos
+ "Jam berapa ini ? tampang Bapaku tambah garang
- "Jam 12 Pak" aku mulai ndheregdheg dan ketambahan malu karena di ruang tamu teman-teman kantor bapak yang mau pergi ke bandung juga mulai melihat kejadian anak dan bapak di depan garasi mobil
+ "Jam berapa ?" bentakan tambah meninggi sambil menyodorkan jam tangannya
- "Jam 12 Pak"
+ "Jam berapa tepatnya ?" Bapak sudah mulai berkacak pinggang
- "Jam 12 lebih 2 menit Pak" aku semakin menundukkan kepala
+ "Jam berapa kamu janji pulang ?"
- "Jam 12 Pak"
+ "Jadi ?"
- "Saya terlambat 2 menit pak dan sudah tidak menepati janji" PLAK...PLAK...pipi kiri dan kanan menerima hadiah sama rata.

Begitulah kira-kira tipe pendidikan Bapakku pada masa aku kecil dan remaja dulu, yang sangat jarang sekali aku temui tipe sejenis diterapkan oleh orang tua jaman sekarang termasuk diriku sendiri. Pendekatan pendidikan sekarang adalah demokratis dan komunikatif sementara dulu adalah tipe feodal top down.
Jaman aku kecil sepertinya Bapak adalah figur sangar yang ditakuti, dan sepertinya ini pun berlaku bagi temen-temen seangkatanku dulu. Anda punya cerita masa kecil ? sok atuh sharing.

Tapi aku berterima kasih atas pola pendidikan tersebut, tanpa pola pendidikan itu mungkin aku tidak menjadi yang seperti sekarang ini.
Nah Ulel sayang Ayah sudah tidak akan pake sistem cetar-cetar lagi kayak eyang dulu, jadi Ulel halus jadi anak baik yah.

salam
h@di tea EUY!!!

Monday, February 21, 2005

Ngobrol Yok

Kasus "Ustadz di Kampung Maling" telah mencuatkan sebuah fenomena yang menyedihkan dalam kegiatan berbangsa di negara ini. Dua pribadi yang mewakili institusi Pemerintahan dan kerakyataan ternyata telah memberikan sebuah gambaran nyata ; ya hanya sebegitulah peradaban bangsa kita tercinta.
Saya pribadi berkeyakinan bahwa semua atau kedua belah pihak baik pak Jagung dan Pak Legislatif itu pada dasarnya ingin berbuat baik untuk bangsa ini, namun apa lacur kedua individu ini masih sangat lemah dalam hal communication skill. Apa pasal ?

Komunikasi menurut ilmunya adalah pertukaran informasi, yang memiliki 4 unsur dasar yaitu ada pengirim (sender), ada penerima (receiver), ada media dan ada informasi. Agar proses berkomunikasi itu baik maka diperlukan kehebatan dan kemampuan dari tiga unsur dalam berkomunikasi. apa itu ? jelas, sistematis, akurat, dan valid. Namun ada satu hal yang masih kurang menurut pendapat saya adalah Empathy. Jelas, sistematis, akurat dan valid itu condong pada cerminan tolok ukur professional kapitalis dan agak kurang pro terhadap peradaban humanis alias adab manusia. Seharusnya si sender informasi itu juga memiliki empathy karena yang sedang kita bicarakan adalah komunikasi antar manusia, begitupun si receiver sudah seharusnya memiliki keahlian mendengarkan dengan baik yang beremphaty. Dan unsur ketiga Media bukanlah hal sumber dispute dalam hal kasus "Ustadz di kampung Maling"

Menurut pengertian "Ustadz di kampung maling" bisa berarti sebuah sanjungan dan juga tantangan bahwa seorang ustadz berada di kampung yang belum beradab sehingga dengan keustadzannya maka incumbent diharapkan bisa merubah dan memperbaiki kampung tersebut kecuali sudah terjadi devaluasi dari arti ustadz. Namun bisa pula berarti lain ketika ada orang memiliki pendekatan sudut pandang yang berbeda semisal penekanannya di kampung maling, secara hukum untuk menentukan maling atau bukan maka pengadilanlah yang berhak menentukan.

Inilah peradaban bangsa kita, yang mana kita belum cukup kompeten dalam hal berinteraksi dan berkomunikasi sesuai adab yang baik, karena fondasi sistem pendidikan kita belumlah memberikan kesempatan pada kita dan anak-anak kita untuk belajar seni berkomunikasi sejak dini, yang ada sekarang adalah sistem top down capitalistic education, yang mana ketika guru bilang A maka murid harus A dan apabila murid berpendapat B maka murid salah dan dihukum. Pola ini menciptakan image tolok ukur kapitalis dimana anak yang pinter sempoa, bahasa inggris, matematik dll adalah yang paling hebat sementara pembelajaran seni, budaya dan adab terpinggirkan secara kelembagaan.
atau dengan kata lain saya menyadari Moral etiquette education di sini, Bangsa kita ini sangatlah miskin.

Ah...serius sekali saya berbicara hari ini, tapi itulah hakikat berwarganegara.Sumbangsihku hanyalah, Aku akan berusaha sekuat apa yang aku bisa sebagai orang tua untuk dapat memberikan keleluasaan dalam pola berfikir bagi anak-anakku kelak dengan naungan seni dan adab baik agama maupun dunia yang takan tersisihkan. Agar kelak kita bisa mengobrol dengan hati sehat dan bersih dengan siapapun.Yok, kita ngobrol ....
salam
hadi tea EUY!!!

Friday, February 18, 2005

Selamat Berduka Oh Sahabatku

Transparansi Indonesia telah mengeluarkan hasil surveynya terkait dengan judul Terkorup.
Ternyata juaranya untuk katagori Kota adalah si Bang Yos punya kuasa alias Jakarte dan untuk katagori instansi adalah Beacukai dan runner up adalah Pajak.

What's wrong with that ? Nothing wrong for me and no wonder gitu looh...

Jakarta, karena 75% perputaran uang di Indonesia masih berada di Jakarta dan Untuk Beacukai dan pajak dua-duanya masih berada di bawah naungan Pak Mentri yang asli tasik alias Mentri Keuangan.

Pertama-tama saya mengucapkan Selamat kepada kota dan Instansi terkait (Ingat loh untuk hal buruk lebih mudah mempertahankan dan apalagi merebut juaranya tapi bertolak belakang untuk hal yang baik yaitu tidak mudah untuk direbut tapi untuk mempertahankan sangat-sangat susah).
Yang kedua saya mengucapkan Astagfirullah dan turut berduka cita bagi rekan-rekan saya yang telah terjebak didalamnya (itupun bagi yang merasa terjebak kalo yang menikmati mah ya saya pan tidak perlu mengucapkan duka citanya, they took the risk for they are knowing what is the risk will be).
Yang ketiga saya mengucapkan turut bersedih, karena semua yang menjadi jawara adalah instansi-instansi yang sangat dekat dengan company business field dimana saya bekerja.

Kenapa saya harus bersedih ?
1. Karena dalam keseharian bekerja saya harus menghadapi pil pahit mendengar cerita-cerita dan kejadian miring prilaku aparat dan birokrat
2. Untuk hal-hal tertentu akhirnya saya mengijinkan untuk melakukan suap karena kondisi yang mengharuskan hal tersebut (lha mintanya terang-terangan jeh dan pake acara meres dan ancaman fuich!)
3. Saya akhirnya menjadi parno apabila bertemu dengan orang berseragam.
4. Saya akhirnya suka menilai miring ama keluarga dan temen-temen saya sendiri yang berasal dari kalangan tersebut di atas.
5. Karena sudah mulai terlibat menyepelekan adab dan norma terkadang saya pun melakukan korupsi dalam bentuk lain seperti waktu, fasilitas kantor namun mudah-mudahan tidak untuk materi. (candu itu berat loh sedikit tapi nagih terus, Ingat itu!!!)

Yang membuat saya Jengkel :
Bang Yos dan Pak Mentri keuangan Yusuf Anwar, berkomen begini :
1. Bang Yos bilang : "Itu pasti respondennya para pengusaha yang nggak dapet tender"
2. Pak Anwar bilang : "Saya tidak perduli terhadap hasil survey tersebut"

Lha yang namanya korupsi di Indonesia dan pelaku korup sang para jawara tersebut sudah menjadi rahasia umum bukan cuman tingkat nasional tapi juga tingkat internasional. Bukannya hasil survey tersebut untuk segera ditelaah, dikaji, diinvestigasi dan dibenahi kok malah apatis dan skeptis. Apakah itu sikap seorang pemimpin ?

Saya jadi ingat tulisan saya dulu berjudul "Dan Setanpun.....Ketakutan!!!" Yang intinya bercerita setan di Indonesia sangat ketakutan, mengapa ? (begini cuplikannya)

"Bahwa hakikat setan diturunkan ke dunia ini oleh Tuhan adalah untuk menggoda manusia agar mereka menjauhi apa yang diajarkan agamanya tentang ke Tuhanan dan kemanusiaan. Tapi apa lacur yang terjadi di Indonesia, Setan tidak perlu bekerja keras untuk menjalankan tugasnya karena justru manusia mendatanginya untuk meminta segala petunjuk untuk maksud tujuan setan diciptakan. Dari sisi setan tentulah mereka mendapatkan nilai dan pahala yang terbaik kelak karenanya. Atau dengan kata lain...Bravo Setan, Anda adalah pemenangnya!!!"

Di Indonesia, setan mendapat tempat istimewa. Cukup duduk di kursi, manusia berebut menemuinya dengan berbagai kepentingan. Setan pun tak perlu kerja keras untuk memperdaya manusia, karena sebagian besar tugasnya telah diambil-alih manusia.

Justru karena begitu setan mengkerut takut, sekarang ini. Alasannya, pembunuhan di sini, pemerkosaan di sana, pertikaian dimana-mana, peperangan bergelora, Korupsi merupakan kebanggaan dan segala penjelmaan setan lainnya. Akankah itu menjadi pertanda kiamat. Nah, di sinilah ketakutan setan. Sebab, jika kiamat terjadi, setanlah yang pertama sekali dan di depan mempertanggungjawabkan dengan menempati neraka.


Tapi kalo diibaratkan sales executive setan-setan di Indonesia itu pasti dapat award tiap bulannya dari lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa-ne Setan sejagat.
Terus siapa yang menjadi agennya ?

wallahualam....
Semoga kedepan lebih barokah lagi untuk kita semua.

wasallam
hadi

Friday, February 11, 2005

Bulan Cinta (Apa Iya Sih ?)

"thanks kue nya, sesuai permintaan .... ma acih ya ... aku senang banget .... tapi mawarnya mana ?" :-))
Sekelumit kalimat dari colleagueku, sehubungan dengan pengiriman paket entertain yang biasa dilakukan sebagai appreciation effort dari kerjasama bisnis yang sudah terjalin dengan mulus di tahun-tahun sebelumnya dan semoga menjadi lebih baik jalinan itu di tahun-tahun selanjutnya.

Tapi kenapa ada embel-embel "Mawarnya mana" Yah ? trus pake acara dilengkapi dengan icon :-)) lagih, padahal saya belom pernah bertemu muka dengan beliau. uuuh...jadi Ge Er sayah.
Kalimat terakhir "Mawarnya mana" tak pelak lagi karena terkait dengan Bulan February ini sebagai Bulan cinta bagi sebagian khalayak kita, mengapa ?
Yup !!! anda betul karena tgl 14 February ini adalah hari Cinta kasih alias valentine day (bagi yang mengikuti loh)

Cafe-cafe, bank-bank, warnet-warnet, mall-mall dll, seolah sedang berlomba menampilkan promo valentine day untuk mem-push omzet jualannya mereka. Tak lupa bagi para kaum bujang baik yang ting-ting maupun yang lapuk...ah..Mari-mari ramai-ramai jualan !!!

Terus, bagaimana atuh nasib seperti saya ini yang sudah memiliki buntut ini ?
+ "Bunda, valentine day-nya mo dirayain nggak ?"
- "Emang mau ngapain Yah ?" singkat dan padat jawab isteriku
+ "Ya, ngapain kek...kayak kita waktu masih pacaran dulu begetooh ?" balasku ngotot
- "Idih...kayak anak ABG ajah..."

Ah...memang waktu berjalan begitu sangat cepat berlalu, dulu dimasa jaya-jayanya (cieh deh), acara-acara seperti ini telah menjadi bagian kecil aktifitas bujangku, baik dilakukan dengan elegance, romantis, bahkan hingga yang berjenis norak-norak bergembira. Sementara cintaku sekarang sudah terbagi menjadi cinta segi tiga, Aku, Isteriku dan Anakku. Eh nggak ding, cintaku sudah bertumbuh menjadi segitiga dibandingkan dulu yang cuman cinta linier aku dengan diriku saja.

Bulan February tahun jebot dahulu kala, pengalaman saya waktu masih ngejer-ngejer cewek bau kencur pernah membelikan dia se pot bunga mawar putih (bukan setangkai dan yg pink, Abis!!) beli di perkebunan di tawangmangu sak pot-potnya, trus ta' berikan kepada sang pujaan hati dengan surat bertuliskan :
"Tolong rawat bunga ini agar tetep hidup, jangan sampe mati yah" salam dari yang mengharapkanmu.
Apesnya, ngasih bunga itu pas lagi mau liburan kuliah, dan dua minggu berikutnya saya tanya :
+ "Gimana mawarnya ?"
- "Aduh maap lupa kemaren pas pulang kampung ditinggal di kamar...."
+ "So....?" desakku
- "Jadi mati nggak disiram hampir 2 minggu....."

Euuh...ini mah nggak niat cewek teh, udah capek-capek bawa pot kembang di bus umum ealaaaah.....cuman bertahan segitu ajah.
Dan ternyata, si cewek bau kencur yang lagi saya kejer-kejer itu juga mikir :
"Ih, dasar gila... mo jadi pacar apa mo nyuruh jadi tukang kebon sih....?"

Mawar mati cinta ditolak !!! euh...jomlo lagih atuh saya teh...nasib-nasib...."


Sekarang, emang kamu pernah bikin apa pas valentine-nan ? ah...pokoknya pasti norak-norak bergembira deh...

salam
hadi tea EUY!!!

Pertanyaan sambil lalu yg menohok

+ "Kurang apa sih Kamu ?"
- "Banyak..." begitu jawabku
+ "Ah... apanya yang kurang? ganteng (yang ini boong), punya karir, mobil okeh de el el"
- "So....?" (anak gaul bilangnya : So what gitu looh ?)
+ " Kok masih bujangan aja sih ?"
JRENG...JRENG...... Genderang perang mulai tertabuh.... ENG ING ENG...
Percakapan dahulu mana kala aku masih membujang, di sebuah ruangan cafe di salah satu mall di jakarta selatan

Aku mencoba memahami bahwa pertanyaan tersebut dari para sahabatku hanyalah sekedar sebuah pertanyaan sambil lalu, joke untuk membuang jenuh sambil menanti pesanan disajikan oleh para pramusaji. Namun apa daya luka telah tergores dalam hati atas joke itu.

meski berstatus sebagai anak gaul yang periang, posisi demikian cukuplah merepotkan. Apabila reaksi kita marah, hanyalah akan membawa menurunkan derajat kita yang memang sudah dan sedang apes masih ngejomlo hingga seumur ini. Aku pernah membaca sebuah buku mengenai kecerdasan emosi (EQ) ternyata ada caranya untuk menghadapi pertanyaan menohok tersebut, namun ya sangat conditional sekali artinya tidak ada kamus standard how to answer a kind questions like that.

+ " Pak Hadi yah ?" seorang ibu yang sepertinya mendapat tugas untuk menjemputku di bandara Sepinggan Balikpapan memeperkenalkan diri dengan senyum akrabnya
- " Iya saya, dengan Mbak Noni ya ?" menyodorkan tangan sebagai tanda perkenalan
+ " Wah, ta' fikir bapak ini tinggi besar dan agak hitam gituh....hehehe"
- "Lho, kok bisa ngebayanginnya begitu yah ?"
+ "Abis ditelpon suaranya berwibawa banget sih (huaaa), kayak bapak-bapak sudah berumur..." - " Masa sih ?" (sambil dregdegan keuheul pisan.....tapi muka tetep dipasang senyum Bow... hwataw!!!)
+ "Iya, Abis kayaknya galak banget gitu loh, eh ternyata masih kanak-kanak..eh...maap lho Pak" sambil senyum-senyu gituh tanpa dosa
(Bathinku menjerit.... "cengar-cengir kayak yang cakep aja lo ah, sialan ...hemm gerrrrrr" !!! muka tetep setel senyum...)
- "Ya, alhamdulillah atuh Ibu kalo sudah disangka begitu mah, tapi menurut saya mah seorang laki-laki itu nggak perlu tinggi besar tapi yang penting panjang....hahahaha" jawabku sekenanya sambil bercanda
+ "Ih...bapak porno deh..." si Mbak Noni tersenyum simpul dengan semburat warna merah mukanya menutup malu yang tersisa.

Yah, setidaknya aku telah berhasil mengeliminasi suasana yang menohok jiwaku menjadi suasana canda dan tawa, dalam mengarungi tugas hari pertamaku di Balikpapan sekitar satu setengah tahun yang lalu. Kenangan itu masih terasa apabila aku hendak kembali mengunjungi Kalimantan Selatan yang penuh dengan durian palsu bernama lea.

Hanya kekuatan mental dan kecerdasan emosi yang bisa mengusir rasa sakit hati dengan segala tabiat masyarakat Indonesia pada umumnya yang bersifat sociaty very care, dan saking care-nya kadang sering kebablasan jadi reseh alias tengil.

coba simak beberapa pertanyaan sejenis :
=> "Bapak Ibunya putih, anaknya kok hitam ya ?"
=> "Mas, si eneng itu adiknya apa pacarnya ? kok lebih tinggi pacarnya sih ?"
=> "Putrinya kok rambutnya agak lain yah, nurun dari siapa nih Jeng ?"
=> "Anaknya bulik sudah menikah semua loh, kamu kok belum menikah juga sih Nduk ?" dan yang lain-lainnya sejenis.

Anda pernah menghadapi pertanyaan tersebut ?
Sok atuh share cerita ama sayah yah


salam
h@di tea EUY!!!
Selamat tahun baru 1426 H dan juga gong xi fat choi yah....