"Jeng, gimandang kalo eik bikin yang new look ?"
"Emang, Wince mo bikin potongan kayak apa sih ?" begitu seorang lady bertanya balik pada si hair stylist di salon franchise terkenal
"Pokonya, eik bikin pangling deh boo...."
"Ya udah terserah, yang penting ada gaya berombaknya....yah"
hampir dua jam saya dan isteri nungguin tuh lady genit di salon itu. Hampir saja saya frustasi dan marah-marah, kalo isteri nggak ngotot nyuruh saya harus dicukur hari itu juga, dengan berbagai alasan.
Ya, semenjak menikah setiap dua bulan sekali saya dipaksa dan digeret-geret oleh isteri untuk dicukur di salon tersebut karena hair stylistnya memang sudah menjadi langganan isteri dan wedhok tenanan. Pada awalnya saya sangat resisten untuk dicukur di salon, karena :
- Gue geli dipegang-pegang ama bencis
- Mahal
- Emang gue cowok apaan
- Buang-buang waktu
- Cukur Mang Utjoep atau Madura lebih kekeluargaan
- etc....
Tak kuasa menanti terlalu lama, akhirnya ada satu hair stylist "Lanang tenanan" selesai menjalankan tugasnya. Yo wis, no choice, saya perintahkan untuk meminta dia untuk mengurusi rambut di kepala saya (bukan rambut yang ditempat lain yah), walaupun saya tahu dia belumlah menjadi senior hair stylist. Seraya kepala saya dipegang-pegang memulai proses pencukuran kami bertiga bergosiplah tetang si lady tersebut.
+ "Mas, kalo ditata model rambutnya si embak itu apa namanya ?" begitu tanyaku
- "Oh, itu gaya di ombak dan terus di blow, wah dia mah hampir tiap minggu kesalon Mas"
+ "Emang gaya rambut kayak gitu kuat sampe seminggu yah ?"
- "Ya nggak sih Mas, paling juga besok udah kusut kucai lagi" begitu jelas si Mas Kang cukur
+ "Tapi bisa juga sih kuat seminggu, kalo dia nggak mandi besar, kalo dia tidurnya sambil duduk dikursi, trus suaminya nggak jahil ngelus-ngelus rambutnya ah... yang pasti dia itu sengsara sekali hidupnya yah ?"
- "Ah...si Mas bisa aja, ngomong-ngomong mo diapain nih Mas rambutnya ?" sambil cengengesan
+ "Mo gaya rambut, saya bisa tidur nyenyak dan bisa mandi aja deh...."
tak dinyana yang tadinya diam saja, isteriku menyambar dengan pertanyaan
"Jadi Ayah, nggak suka yah kalo Bunda cantik kayak si mbak itu ?"
"Weits...nanti dulu, emang siapa yang bilang si Lady itu cantik ?" begitu kilah ku....
Si Mas Kang cukur (hair stylist : bahasa kerennya), rampung sudah merapihkan rambutku, dan dia bawa kaca bunder jimatnya sambil memperlihatkan bagian belakang kepalaku.
"Segini cukup Mas ?" Si Kang cukur mempertanyakan hasil kerjanya
"Okey lah...saya percaya ama Masnya, toh saya ndak bakalan rubah jadi kayak Anjasmara kok"
"Loh, nggak gitu Mas...kali masnya ngerasa kurang rapih atau kurang pendek gituh ?"
"Ya udah kalo gitu saya kasih komentar deh, potongannya kependekan nih Mas...bisa nggak dibikin panjangan lagi sedikit ?" balasku iseng sekenanya
"Hehehehe...Mas ini bisa aja...."
Dalam hati saya bergumam :
"Lha gimana bisa gue liat rapih apa nggak, wong kacamata gue juga nggak dipake kok pasan tadi disuruh ngeliat. Dasar semprul!"
Moral messagenya adalah :
Aku ini cantik atau ganteng bukan karena rambut, tapi karena aku memang tampan dari sononya.
salam
hadi tea EUY!!!
No comments:
Post a Comment