+ "Ya, udah Bunda baik-baik nanti di sana, urusan rumah dan Aurel (buah hati kami) Ayah yang tanganin"
- "Makasih Ya Yah..cup cup muach..."
Begitu percakapan pelepas kepergian Bunda ke Negeri Jiran dalam rangka short course dari kantornya di bandara Soekarno Hatta.
Hari masih sangat gelap, karena menyesuaikan first flight schedule yang akan membawa isteriku tercinta melancong ke negeri seberang. Kecupan sayang mengantarkannya dengan penuh kebahagiaan, sementara Aku saat itu memulai jabatanku sebagai Ayah dan Ibu untuk period 2 minggu kedepan.
Dalam rasa mengantuk yang sangat amat karena kurang tidur (akhir tahun kerjaan menumpuk) Aku melanjutkan perjalanan langsung menuju kantor sesegera mungkin demi menghindari 'three in one'. Bikin susah aja!!!
"Huaaah.." Ternyata sisa-sisa ngantuk terus menggayuti mataku, tapi siang ini agenda pekerjaan siap menanti, e-auction, tender, operation problem, bla bla bla.
Jam 6.15 Aku sudah memarkirkan mobil dengan sukses di tempat seperti biasanya, untung Bang Rof sudah stand by di kantor memudahkan aku untuk langsung masuk ke kantor.
Pulang lebih cepat adalah bentuk tanggung jawabku menjadi Ayah sekaligus Ibu. Tapi ya secepet-cepetnya ternyata jam 8 malem aku baru tiba di rumah.
+ "Ummi, Aurel sudah bobo ?"
- "Sudah Pak" begitu jelas pengasuh anakku.
+ "Gimana hari ini, susunya berapa botol, makannya, tidurnya, obatnya bla bla bla?"
- "Baik-baik semua Pak....." dilanjutkan dengan jawaban rinci dari apa yang aku tanyakan "Tapi tadi pagi Anu Pak...."
+ "Kenapa Um ?"
- "Anu, Aurel pas bangun nangis-nangis cari ayah ama bundanya, trus mukanya baret kena cakar garukan tangannya"
+ "Aduh......"
Aku sedikit kaget dan langsung masuk kamar untuk melihat kondisinya, tapi Alhamdulillah goresan kecil saja yang bisa hilang segera. Dalam hatiku hanya berdoa jangan sampe bekas baret tersebut masih ada pas isteriku pulang. Sekaligus aku periksa seluruh badan anaku tercinta yang sedang pulans tertidur.
+ "Ummi, ini kok ada darah beku di telapak kaki Aurel kenapa ?"
- "Aduh kurang tahu Pak "
+ " Tadi siang main di luar nggak ? pas main pake sepatu nggak ?" dan segala pertanyaan pencarian tahu kemungkinan apa yang mengakibatkannya. Aku coba hapus dengan tissue basah yang sudah diberi betadiene, tapi ternyata confirmed itu darah beku bekas benturan di telapak kaki.
Hari pertama, sudah dua coreng membekas ditubuh anaku. Aku segera menyelesaikan ritual harianku, mandi, makan dan kegiatan lainnya untuk langsung masuk ke kamar tidur menemani sang buah hati kami sambil baca novel hingga aku tertidur.
Jam 1.30 Aku terbangun karena jeritan Aurel, dan aku langsung mempraktekan kebiasaan isteriku untuk menidurkannya kembali dengan menepuk-nepuk punggungnya sambil memberi susu di botol. Yang terjadi malah jeritan tangis di tengah malam bolong semakin menjadi, weeh... hasil training dari isteriku sebelum pergi kemaren ternyata gagal total. 15 menit, 20 menit dan 25 menit lebih Aku menyerah.
"Ummi, tolong bapak tidurkeun lagi Aurel ya" Aku terpaksa membangunkan pengasuh anakku meminta bantuannya.
Jam 3 tangisan reda dan Aurel tergolek kembali tertidur dengan nyenyaknya. Dan aku masuk kembali ke kamar melanjutkan tidur yang terputus di samping si jelita.
Jam 3.30....
-"Ayaah.... na nan nana..Buda.."
Aku terbangun kembali, dan terkjut si Kecil sudah berdiri di atas tempat tidur tepat di samping mukaku.
+"Eeeh...kok udah bangun lagi ? tidur lagi yuk..." Aku coba menggendongnya dan berusaha membaringkannya kembali. Apa daya yang terjadi si kecil malah menjerit-jerit dan menangis.
+"Lho... ini masih malem sayang, belum ada yang main. Tuh liat masih gelap di luar..." Aku sibakan gordyn untuk membuktikan padanya bahwa sekarang bukan saatnya untuk bermain (ini adalah pembuktian yang tolol, kemudian aku baru sadar). Tangisan dibarengi dengan rontaan semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan gontai aku ikuti permintaannya, turun dari tempat tidur dan bermain di tengah rumah. Si Ummi hanya bisa memperhatikanku saja karena dari awal aku sudah bilang bahwa sebelum aku minta tolong dia nggak perlu bantu apapun. Jam 4.30 ternyata punggung dan mata sudah tak sanggup untuk melayani permintaan si Aurel kecil (apalagi mengingat nanti siang di kantor jadwal meeting dan agenda kalkulasi tender membutuhkan konsentrasi tinggi). Dan aku yakin pada saat aku sok-sokan nggak minta bantuan si Ummi, dia pasti berfikir geli "Si Bapak nih kuat seberapa lama yah ?" huaaa.
+"Ummi, Tolong Aurel di jaga yah. Bapak mau tidur dulu sebentar"
-"Bukannya dari tadi aja Pak" si Ummi terseyum.
Dan aku bersyukur mendapatkan pengasuh anaku yang baik dan loyal so far.
Ritual berangkat ke kantor tak kalah merepotkan, biasanya si kecil akan di gendong isteriku dan ikut naik mobil sampai pintu gerbang, karena ternyata suara mobil itu pertanda baginya bahwa Ayah dan Bunda akan pergi meninggalkannya dan ritual pagi harus berjalan seperti biasa tanpa terkecuali. Kalo tidak, nangis lah (ah dasar anak kecil hehehe). Pagi itupun aku ajak dia dikursi kemudi sementara aku mulai menjalankan mobil menuju gerbang. Pada saat akan serah terima ke Si Ummi, yang terjadi adalah jeritan tangis semakin menjadi. 3 Menit, 5 menit, 10 menit lewat si kecil nggak mau turun. Beruntung ada teman-temannya yang sudah siap bermain-main, sehingga aksi tipu menipu terjadi dan Aurel sudah lagi tidak memperdulikan ayahnya yang hendak pergi mencari penghidupan.
Dikantor, apa yang tersisa adalah kantuk, boyoke (punggung :red) cenut-cenut, kepala pening, konsentrasi hilang!
Aha begini ternyata rasanya menjadi seorang Ibu yang juga bekerja yang sebenarnya kejadian ini adalah belumlah seberapa. Dan aku menyatakan Hari pertamaku menjadi single parent adalah gagal. dan masih ada 12 hari lagi. Tabah tabah dan tabah.
Apa yang aku pikirkan sebelum menulis ini adalah "Strategi apa yang harus aku terapkan untuk bisa menghandle ini semua ?"
Yang berpengalaman bisa bantu saya ?
Bunda cepet pulang yah......
salam
hadi tea EUY!!!
No comments:
Post a Comment