Dua minggu sudah lewat, dan sekarang hari-hari sudah mulai normal seperti rutinitas sediakala sekembalinya Isteriku tercinta.
Namun apa daya perjalanan di minggu ke dua dilalui dengan kepanikan. Sebetulnya pada saat weekend minggu pertama kedatangan mertua dari Medan cukup melegakan hati, karena pas berbarengan dengan jadwal full training sepekanku di PPM menjadi jadwal minggu tersebut. Apa daya si Aurel tidaklah mengenal terlalu dekat Opungnya (nenek ; bahasa Batak) sehingga keberadaaan opung cukup membantu setidaknya untuk mengurus rumah dan memasak. Selebihnya hanya bersenang-senang dengan cucunya.
Hari Selasa sore Minggu kedua, setiba di rumah pukul 8 malam, belumlah aku menanyakan hal rutin ternyata si Mamih sudah memulai pembicaraan
- "Aurel demam..." begitu berita tersampaikan oleh ibu mertuaku alias si Opung.
+ "Kapan, berapa derajat, apa penyebabnya, apa salah makan, BAB-nya bagaimana dan seterusnya..." bombardir pertanyaan tiada henti, sambil aku meluncur masuk kamar mandi untuk cuci tangan dan muka (program setrilisasi) sebelum masuk kamar tidur si Jelitaku. Pas masuk kamar tidur si Ummi langsung menempelkan jari telunjuk ke mulutnya pertanda "Sssstt.... dilarang ribut !".
Aku raih kening si Jelita, ala busyet.... panas bener yah.
+ " Berapa panasnya Ummi ?"
- "Terakhir tadi sekitar 45 menit yang lalu 39,4 derajat Pak"
+ "Udah dikasih tempra drop ?"
- "Sudah Pak sekitar 30 menit yang lalu"
+ "Siapin kompresnya Ummi, tapi jangan pake air es pake air hangat ruam-ruam kuku aja"
Ternyata gara-gara kompres mengkompres, membuat sedikit ketegangan antara aku dengan Mertuaku. Menurut beliau anak kecil tidak boleh dikompres. Dalam hati aku hanya bisa ngedumel "Pasti primbonnya si Mamih udah kadaluarsa tuh, sejak kapan anak kecil nggak boleh di kompres?"
Situasi perbedaan pendapat ini membuat si Ummi bingung sambil melongo, yang mana yang akan dituruti sebagai perintah. Apa daya keluarlah kalimat mujarab orang tua,
- "Mamih itu udah pengalaman ngurus tiga orang anak bla bla bla.... Udah Hadi nurut aja deh ama Mamih"
+ "Lho Mih...logikanya dari mana Kompres nggak boleh ? coba deh baca dibuku petunjuknya..."
- "Ya udah terserah Hadi aja kalo gitu, kalo nggak percaya ama Mamih..."
Weleh...weleh lah kok ngancem, wah orang tua mah jangan dilawan yang ada kuwalat nanti, karena toh sebetulnya pada dasarnya kita semua care dan sayang si Jelita. Malam itu, mulailah perbegadangan dimulai, mengukur suhu badan setiap jam dan minimal setiap empat jam tempra drop harus diminumkan, mengganti baju karena basah oleh keringat, dll.
Training SCM berikutnya berlalu dengan sangat berat dari hari ke hari, ketambah beberapa kali error di laptopku Huh!!, menambah semakin berat menghadapinya, untung ada sahabat lucuku Soe yang siap menghibur (dasar laki-laki penghibur!!!).
Rabu Sore, pulang training aku langsung cabut ke RS Setia Mitra, untuk periksa si Aurel ke Oom dokter Erwin. Kebetulan setiba di sana proses pemeriksaan sudah selesai dan si Mamih sedang proses antri tebus obat.
+ "Dokter bilang sakit apa Mih ?"
- "Cuman kangen aja kok ama Bunda.."
+ "Gak ada yang lain Mih, penyebab panasnya dari apa ?" bagiku jawaban tersebut bukanlah jawaban medis
- "Dokter nggak bilang, cuman kangen aja" jabar Ibu Mertuaku
+ "Jadi gak ada virus atau apa ? emang Mamih cerita ke dokternya gimana ?" Aku keukeuh tetep nggak puas
- "Mamih bilang udah seminggu Bundanya pergi ke Malaysia ada training bla bla" tanpa menjelaskan symptom demamnya gimana, BAB-nya gimana, suhunya berapa, obat apa yang sudah diminum dll.
+ "Lho.... jadi Mamih nggak cerita gejala-gejalanya ama dokter?" huaaa gedubrak !!! kagetlah aku.
Karena masih belum puas Aku gendong si Aurel, dengan alasan mau liat ikan di akuarium aku bawa si kecil menuju ke ruangan dokter Erwin lagi. Melihat peluang kosong untuk bisa masuk kembali ke ruangan dokter, Aku langsung masuk dan tanya lebih jelasnya apa penyebab demamnya si jelitaku. (Terakhir tingkah nggak percayaku ini membuat Mamih tersinggung, maap ya Mih)
Dan dokter Erwin menjelaskan bahwa karena kangennya ini secara psikologis anak menjadi labil sehingga mempengaruhi kekuatan fisiknya, dan demamnya adalah karena diakibatkan virus influenza dan radang tenggorokan. Pulang dari rumah sakit si Aurel masih tetap gelisah, dan dengan inisiatif adik iparku menelpon Bunda di Malaysia untuk diperdengarkan suaranya di telinga Aurel. AHA !!! Mujarab... mendengar suara Bunda Aurel diam manis mendengarkan tanpa berkedip dan pelan-pelan mulai tertidur. Ternyata benar kangen yang maha dahsyat telah menerpa buah hatiku. So, malam-malam berikutnya isteriku selalu telpon untuk menidurkan Aurel.
Jumat siang menjelang sore, Bunda mendarat di Soekarno-Hatta. Sore harinya pulang Training aku langsung jemput isteriku dikantornya (bukannya cepet pulang malah ngantor dulu, ah dasar buruh!!). Dan aku sesegera mungkin melakukan proses serah terima jabatan. Hari Sabtu besoknya kita kontrol lagi ke dokter Erwin di RS Puri Cinerekarena malam hari kemarinnya Aurel masih sedikit demam dan gelisah, en de risalt epriting is fain. Alhamdulillah....
Belajar dari situ, ternyata berat yah jadi seorang Ibu.... (saya bersumpah untuk tidak akan pernah berganti jenis kelamin karenanya. Nah LHO!!!)
Mohon Maap atas kesalah fahaman yang terjadi buat Mamih, Mak keteknya Aurel, Ummi, itu semua karena semata-mata kita semua sayang ama si kecil Aurel.
salam
h@di tea EUY!!!
No comments:
Post a Comment