Belum tuntaslah sudah kehirukpikukan gempa yang menerpa saudara kita di Barat Indonesia tercinta, Nabire Papua sana. Kemarin Saudara kita di ujung sebelah Timur Indonesia harus pula menghadapi bencana maha dahsyat, gempa dibarengi dengan Tsunami. Menurut berita ribuan orang menjadi korban meninggal dan lainnya masih lenyap tanpa jejak. Apa yang salah dari Negeri ini dipenghujung Tahun 2004 ?
Yang bisa kita lakukan adalah hanya berbelasungkawa dan turut berdoa untuk semua yang telah menjadi korban dan yang paling utama adalah berdoa semoga bantuan kemanusiaan segera dapat meringankan beban mereka tanpa ada penyalahgunaan dari para oknum-oknum yang biadab. Kemanusiaan semoga menjadi bahasa yang dijunjung tinggi sebagai upaya penyelamatan dan pertolongan untuk mereka.
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan bagi kita semua dan bagi Bangsa ini.
Sebenarnya alam akan terus memberikan kita pelajaran karenanya. Namun terkadang kita menolak cobaan tersebut, sesungguhnya cobaan itu merupakan anugrah dari Sang Pencipta untuk membentuk kepribadian kita sehingga kita bisa terlihat lebih bijaksana.
wassalam
h@di tea EUY!!!
HK is for Hadi Kuncoro
- Hadi Kuncoro
- A Friend, Husband & Father! Time is always change and so does the world! House of Changes by HK is there to partner with you to share, brainstorm and dreams. We build a new pardigm for a better life and society. I do invite you to encourage ourself to lead the changes! Hadi Kuncoro
Monday, December 27, 2004
Tuesday, December 21, 2004
(Lanjutan) Menjadi Ayah sekaligus Ibu (Persiapan Hari Ibu Besok!!!)
Dua minggu sudah lewat, dan sekarang hari-hari sudah mulai normal seperti rutinitas sediakala sekembalinya Isteriku tercinta.
Namun apa daya perjalanan di minggu ke dua dilalui dengan kepanikan. Sebetulnya pada saat weekend minggu pertama kedatangan mertua dari Medan cukup melegakan hati, karena pas berbarengan dengan jadwal full training sepekanku di PPM menjadi jadwal minggu tersebut. Apa daya si Aurel tidaklah mengenal terlalu dekat Opungnya (nenek ; bahasa Batak) sehingga keberadaaan opung cukup membantu setidaknya untuk mengurus rumah dan memasak. Selebihnya hanya bersenang-senang dengan cucunya.
Hari Selasa sore Minggu kedua, setiba di rumah pukul 8 malam, belumlah aku menanyakan hal rutin ternyata si Mamih sudah memulai pembicaraan
- "Aurel demam..." begitu berita tersampaikan oleh ibu mertuaku alias si Opung.
+ "Kapan, berapa derajat, apa penyebabnya, apa salah makan, BAB-nya bagaimana dan seterusnya..." bombardir pertanyaan tiada henti, sambil aku meluncur masuk kamar mandi untuk cuci tangan dan muka (program setrilisasi) sebelum masuk kamar tidur si Jelitaku. Pas masuk kamar tidur si Ummi langsung menempelkan jari telunjuk ke mulutnya pertanda "Sssstt.... dilarang ribut !".
Aku raih kening si Jelita, ala busyet.... panas bener yah.
+ " Berapa panasnya Ummi ?"
- "Terakhir tadi sekitar 45 menit yang lalu 39,4 derajat Pak"
+ "Udah dikasih tempra drop ?"
- "Sudah Pak sekitar 30 menit yang lalu"
+ "Siapin kompresnya Ummi, tapi jangan pake air es pake air hangat ruam-ruam kuku aja"
Ternyata gara-gara kompres mengkompres, membuat sedikit ketegangan antara aku dengan Mertuaku. Menurut beliau anak kecil tidak boleh dikompres. Dalam hati aku hanya bisa ngedumel "Pasti primbonnya si Mamih udah kadaluarsa tuh, sejak kapan anak kecil nggak boleh di kompres?"
Situasi perbedaan pendapat ini membuat si Ummi bingung sambil melongo, yang mana yang akan dituruti sebagai perintah. Apa daya keluarlah kalimat mujarab orang tua,
- "Mamih itu udah pengalaman ngurus tiga orang anak bla bla bla.... Udah Hadi nurut aja deh ama Mamih"
+ "Lho Mih...logikanya dari mana Kompres nggak boleh ? coba deh baca dibuku petunjuknya..."
- "Ya udah terserah Hadi aja kalo gitu, kalo nggak percaya ama Mamih..."
Weleh...weleh lah kok ngancem, wah orang tua mah jangan dilawan yang ada kuwalat nanti, karena toh sebetulnya pada dasarnya kita semua care dan sayang si Jelita. Malam itu, mulailah perbegadangan dimulai, mengukur suhu badan setiap jam dan minimal setiap empat jam tempra drop harus diminumkan, mengganti baju karena basah oleh keringat, dll.
Training SCM berikutnya berlalu dengan sangat berat dari hari ke hari, ketambah beberapa kali error di laptopku Huh!!, menambah semakin berat menghadapinya, untung ada sahabat lucuku Soe yang siap menghibur (dasar laki-laki penghibur!!!).
Rabu Sore, pulang training aku langsung cabut ke RS Setia Mitra, untuk periksa si Aurel ke Oom dokter Erwin. Kebetulan setiba di sana proses pemeriksaan sudah selesai dan si Mamih sedang proses antri tebus obat.
+ "Dokter bilang sakit apa Mih ?"
- "Cuman kangen aja kok ama Bunda.."
+ "Gak ada yang lain Mih, penyebab panasnya dari apa ?" bagiku jawaban tersebut bukanlah jawaban medis
- "Dokter nggak bilang, cuman kangen aja" jabar Ibu Mertuaku
+ "Jadi gak ada virus atau apa ? emang Mamih cerita ke dokternya gimana ?" Aku keukeuh tetep nggak puas
- "Mamih bilang udah seminggu Bundanya pergi ke Malaysia ada training bla bla" tanpa menjelaskan symptom demamnya gimana, BAB-nya gimana, suhunya berapa, obat apa yang sudah diminum dll.
+ "Lho.... jadi Mamih nggak cerita gejala-gejalanya ama dokter?" huaaa gedubrak !!! kagetlah aku.
Karena masih belum puas Aku gendong si Aurel, dengan alasan mau liat ikan di akuarium aku bawa si kecil menuju ke ruangan dokter Erwin lagi. Melihat peluang kosong untuk bisa masuk kembali ke ruangan dokter, Aku langsung masuk dan tanya lebih jelasnya apa penyebab demamnya si jelitaku. (Terakhir tingkah nggak percayaku ini membuat Mamih tersinggung, maap ya Mih)
Dan dokter Erwin menjelaskan bahwa karena kangennya ini secara psikologis anak menjadi labil sehingga mempengaruhi kekuatan fisiknya, dan demamnya adalah karena diakibatkan virus influenza dan radang tenggorokan. Pulang dari rumah sakit si Aurel masih tetap gelisah, dan dengan inisiatif adik iparku menelpon Bunda di Malaysia untuk diperdengarkan suaranya di telinga Aurel. AHA !!! Mujarab... mendengar suara Bunda Aurel diam manis mendengarkan tanpa berkedip dan pelan-pelan mulai tertidur. Ternyata benar kangen yang maha dahsyat telah menerpa buah hatiku. So, malam-malam berikutnya isteriku selalu telpon untuk menidurkan Aurel.
Jumat siang menjelang sore, Bunda mendarat di Soekarno-Hatta. Sore harinya pulang Training aku langsung jemput isteriku dikantornya (bukannya cepet pulang malah ngantor dulu, ah dasar buruh!!). Dan aku sesegera mungkin melakukan proses serah terima jabatan. Hari Sabtu besoknya kita kontrol lagi ke dokter Erwin di RS Puri Cinerekarena malam hari kemarinnya Aurel masih sedikit demam dan gelisah, en de risalt epriting is fain. Alhamdulillah....
Belajar dari situ, ternyata berat yah jadi seorang Ibu.... (saya bersumpah untuk tidak akan pernah berganti jenis kelamin karenanya. Nah LHO!!!)
Mohon Maap atas kesalah fahaman yang terjadi buat Mamih, Mak keteknya Aurel, Ummi, itu semua karena semata-mata kita semua sayang ama si kecil Aurel.
salam
h@di tea EUY!!!
Namun apa daya perjalanan di minggu ke dua dilalui dengan kepanikan. Sebetulnya pada saat weekend minggu pertama kedatangan mertua dari Medan cukup melegakan hati, karena pas berbarengan dengan jadwal full training sepekanku di PPM menjadi jadwal minggu tersebut. Apa daya si Aurel tidaklah mengenal terlalu dekat Opungnya (nenek ; bahasa Batak) sehingga keberadaaan opung cukup membantu setidaknya untuk mengurus rumah dan memasak. Selebihnya hanya bersenang-senang dengan cucunya.
Hari Selasa sore Minggu kedua, setiba di rumah pukul 8 malam, belumlah aku menanyakan hal rutin ternyata si Mamih sudah memulai pembicaraan
- "Aurel demam..." begitu berita tersampaikan oleh ibu mertuaku alias si Opung.
+ "Kapan, berapa derajat, apa penyebabnya, apa salah makan, BAB-nya bagaimana dan seterusnya..." bombardir pertanyaan tiada henti, sambil aku meluncur masuk kamar mandi untuk cuci tangan dan muka (program setrilisasi) sebelum masuk kamar tidur si Jelitaku. Pas masuk kamar tidur si Ummi langsung menempelkan jari telunjuk ke mulutnya pertanda "Sssstt.... dilarang ribut !".
Aku raih kening si Jelita, ala busyet.... panas bener yah.
+ " Berapa panasnya Ummi ?"
- "Terakhir tadi sekitar 45 menit yang lalu 39,4 derajat Pak"
+ "Udah dikasih tempra drop ?"
- "Sudah Pak sekitar 30 menit yang lalu"
+ "Siapin kompresnya Ummi, tapi jangan pake air es pake air hangat ruam-ruam kuku aja"
Ternyata gara-gara kompres mengkompres, membuat sedikit ketegangan antara aku dengan Mertuaku. Menurut beliau anak kecil tidak boleh dikompres. Dalam hati aku hanya bisa ngedumel "Pasti primbonnya si Mamih udah kadaluarsa tuh, sejak kapan anak kecil nggak boleh di kompres?"
Situasi perbedaan pendapat ini membuat si Ummi bingung sambil melongo, yang mana yang akan dituruti sebagai perintah. Apa daya keluarlah kalimat mujarab orang tua,
- "Mamih itu udah pengalaman ngurus tiga orang anak bla bla bla.... Udah Hadi nurut aja deh ama Mamih"
+ "Lho Mih...logikanya dari mana Kompres nggak boleh ? coba deh baca dibuku petunjuknya..."
- "Ya udah terserah Hadi aja kalo gitu, kalo nggak percaya ama Mamih..."
Weleh...weleh lah kok ngancem, wah orang tua mah jangan dilawan yang ada kuwalat nanti, karena toh sebetulnya pada dasarnya kita semua care dan sayang si Jelita. Malam itu, mulailah perbegadangan dimulai, mengukur suhu badan setiap jam dan minimal setiap empat jam tempra drop harus diminumkan, mengganti baju karena basah oleh keringat, dll.
Training SCM berikutnya berlalu dengan sangat berat dari hari ke hari, ketambah beberapa kali error di laptopku Huh!!, menambah semakin berat menghadapinya, untung ada sahabat lucuku Soe yang siap menghibur (dasar laki-laki penghibur!!!).
Rabu Sore, pulang training aku langsung cabut ke RS Setia Mitra, untuk periksa si Aurel ke Oom dokter Erwin. Kebetulan setiba di sana proses pemeriksaan sudah selesai dan si Mamih sedang proses antri tebus obat.
+ "Dokter bilang sakit apa Mih ?"
- "Cuman kangen aja kok ama Bunda.."
+ "Gak ada yang lain Mih, penyebab panasnya dari apa ?" bagiku jawaban tersebut bukanlah jawaban medis
- "Dokter nggak bilang, cuman kangen aja" jabar Ibu Mertuaku
+ "Jadi gak ada virus atau apa ? emang Mamih cerita ke dokternya gimana ?" Aku keukeuh tetep nggak puas
- "Mamih bilang udah seminggu Bundanya pergi ke Malaysia ada training bla bla" tanpa menjelaskan symptom demamnya gimana, BAB-nya gimana, suhunya berapa, obat apa yang sudah diminum dll.
+ "Lho.... jadi Mamih nggak cerita gejala-gejalanya ama dokter?" huaaa gedubrak !!! kagetlah aku.
Karena masih belum puas Aku gendong si Aurel, dengan alasan mau liat ikan di akuarium aku bawa si kecil menuju ke ruangan dokter Erwin lagi. Melihat peluang kosong untuk bisa masuk kembali ke ruangan dokter, Aku langsung masuk dan tanya lebih jelasnya apa penyebab demamnya si jelitaku. (Terakhir tingkah nggak percayaku ini membuat Mamih tersinggung, maap ya Mih)
Dan dokter Erwin menjelaskan bahwa karena kangennya ini secara psikologis anak menjadi labil sehingga mempengaruhi kekuatan fisiknya, dan demamnya adalah karena diakibatkan virus influenza dan radang tenggorokan. Pulang dari rumah sakit si Aurel masih tetap gelisah, dan dengan inisiatif adik iparku menelpon Bunda di Malaysia untuk diperdengarkan suaranya di telinga Aurel. AHA !!! Mujarab... mendengar suara Bunda Aurel diam manis mendengarkan tanpa berkedip dan pelan-pelan mulai tertidur. Ternyata benar kangen yang maha dahsyat telah menerpa buah hatiku. So, malam-malam berikutnya isteriku selalu telpon untuk menidurkan Aurel.
Jumat siang menjelang sore, Bunda mendarat di Soekarno-Hatta. Sore harinya pulang Training aku langsung jemput isteriku dikantornya (bukannya cepet pulang malah ngantor dulu, ah dasar buruh!!). Dan aku sesegera mungkin melakukan proses serah terima jabatan. Hari Sabtu besoknya kita kontrol lagi ke dokter Erwin di RS Puri Cinerekarena malam hari kemarinnya Aurel masih sedikit demam dan gelisah, en de risalt epriting is fain. Alhamdulillah....
Belajar dari situ, ternyata berat yah jadi seorang Ibu.... (saya bersumpah untuk tidak akan pernah berganti jenis kelamin karenanya. Nah LHO!!!)
Mohon Maap atas kesalah fahaman yang terjadi buat Mamih, Mak keteknya Aurel, Ummi, itu semua karena semata-mata kita semua sayang ama si kecil Aurel.
salam
h@di tea EUY!!!
Thursday, December 09, 2004
Menjadi Ayah sekaligus Ibu (Persiapan Hari Ibu)
+ "Ya, udah Bunda baik-baik nanti di sana, urusan rumah dan Aurel (buah hati kami) Ayah yang tanganin"
- "Makasih Ya Yah..cup cup muach..."
Begitu percakapan pelepas kepergian Bunda ke Negeri Jiran dalam rangka short course dari kantornya di bandara Soekarno Hatta.
Hari masih sangat gelap, karena menyesuaikan first flight schedule yang akan membawa isteriku tercinta melancong ke negeri seberang. Kecupan sayang mengantarkannya dengan penuh kebahagiaan, sementara Aku saat itu memulai jabatanku sebagai Ayah dan Ibu untuk period 2 minggu kedepan.
Dalam rasa mengantuk yang sangat amat karena kurang tidur (akhir tahun kerjaan menumpuk) Aku melanjutkan perjalanan langsung menuju kantor sesegera mungkin demi menghindari 'three in one'. Bikin susah aja!!!
"Huaaah.." Ternyata sisa-sisa ngantuk terus menggayuti mataku, tapi siang ini agenda pekerjaan siap menanti, e-auction, tender, operation problem, bla bla bla.
Jam 6.15 Aku sudah memarkirkan mobil dengan sukses di tempat seperti biasanya, untung Bang Rof sudah stand by di kantor memudahkan aku untuk langsung masuk ke kantor.
Pulang lebih cepat adalah bentuk tanggung jawabku menjadi Ayah sekaligus Ibu. Tapi ya secepet-cepetnya ternyata jam 8 malem aku baru tiba di rumah.
+ "Ummi, Aurel sudah bobo ?"
- "Sudah Pak" begitu jelas pengasuh anakku.
+ "Gimana hari ini, susunya berapa botol, makannya, tidurnya, obatnya bla bla bla?"
- "Baik-baik semua Pak....." dilanjutkan dengan jawaban rinci dari apa yang aku tanyakan "Tapi tadi pagi Anu Pak...."
+ "Kenapa Um ?"
- "Anu, Aurel pas bangun nangis-nangis cari ayah ama bundanya, trus mukanya baret kena cakar garukan tangannya"
+ "Aduh......"
Aku sedikit kaget dan langsung masuk kamar untuk melihat kondisinya, tapi Alhamdulillah goresan kecil saja yang bisa hilang segera. Dalam hatiku hanya berdoa jangan sampe bekas baret tersebut masih ada pas isteriku pulang. Sekaligus aku periksa seluruh badan anaku tercinta yang sedang pulans tertidur.
+ "Ummi, ini kok ada darah beku di telapak kaki Aurel kenapa ?"
- "Aduh kurang tahu Pak "
+ " Tadi siang main di luar nggak ? pas main pake sepatu nggak ?" dan segala pertanyaan pencarian tahu kemungkinan apa yang mengakibatkannya. Aku coba hapus dengan tissue basah yang sudah diberi betadiene, tapi ternyata confirmed itu darah beku bekas benturan di telapak kaki.
Hari pertama, sudah dua coreng membekas ditubuh anaku. Aku segera menyelesaikan ritual harianku, mandi, makan dan kegiatan lainnya untuk langsung masuk ke kamar tidur menemani sang buah hati kami sambil baca novel hingga aku tertidur.
Jam 1.30 Aku terbangun karena jeritan Aurel, dan aku langsung mempraktekan kebiasaan isteriku untuk menidurkannya kembali dengan menepuk-nepuk punggungnya sambil memberi susu di botol. Yang terjadi malah jeritan tangis di tengah malam bolong semakin menjadi, weeh... hasil training dari isteriku sebelum pergi kemaren ternyata gagal total. 15 menit, 20 menit dan 25 menit lebih Aku menyerah.
"Ummi, tolong bapak tidurkeun lagi Aurel ya" Aku terpaksa membangunkan pengasuh anakku meminta bantuannya.
Jam 3 tangisan reda dan Aurel tergolek kembali tertidur dengan nyenyaknya. Dan aku masuk kembali ke kamar melanjutkan tidur yang terputus di samping si jelita.
Jam 3.30....
-"Ayaah.... na nan nana..Buda.."
Aku terbangun kembali, dan terkjut si Kecil sudah berdiri di atas tempat tidur tepat di samping mukaku.
+"Eeeh...kok udah bangun lagi ? tidur lagi yuk..." Aku coba menggendongnya dan berusaha membaringkannya kembali. Apa daya yang terjadi si kecil malah menjerit-jerit dan menangis.
+"Lho... ini masih malem sayang, belum ada yang main. Tuh liat masih gelap di luar..." Aku sibakan gordyn untuk membuktikan padanya bahwa sekarang bukan saatnya untuk bermain (ini adalah pembuktian yang tolol, kemudian aku baru sadar). Tangisan dibarengi dengan rontaan semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan gontai aku ikuti permintaannya, turun dari tempat tidur dan bermain di tengah rumah. Si Ummi hanya bisa memperhatikanku saja karena dari awal aku sudah bilang bahwa sebelum aku minta tolong dia nggak perlu bantu apapun. Jam 4.30 ternyata punggung dan mata sudah tak sanggup untuk melayani permintaan si Aurel kecil (apalagi mengingat nanti siang di kantor jadwal meeting dan agenda kalkulasi tender membutuhkan konsentrasi tinggi). Dan aku yakin pada saat aku sok-sokan nggak minta bantuan si Ummi, dia pasti berfikir geli "Si Bapak nih kuat seberapa lama yah ?" huaaa.
+"Ummi, Tolong Aurel di jaga yah. Bapak mau tidur dulu sebentar"
-"Bukannya dari tadi aja Pak" si Ummi terseyum.
Dan aku bersyukur mendapatkan pengasuh anaku yang baik dan loyal so far.
Ritual berangkat ke kantor tak kalah merepotkan, biasanya si kecil akan di gendong isteriku dan ikut naik mobil sampai pintu gerbang, karena ternyata suara mobil itu pertanda baginya bahwa Ayah dan Bunda akan pergi meninggalkannya dan ritual pagi harus berjalan seperti biasa tanpa terkecuali. Kalo tidak, nangis lah (ah dasar anak kecil hehehe). Pagi itupun aku ajak dia dikursi kemudi sementara aku mulai menjalankan mobil menuju gerbang. Pada saat akan serah terima ke Si Ummi, yang terjadi adalah jeritan tangis semakin menjadi. 3 Menit, 5 menit, 10 menit lewat si kecil nggak mau turun. Beruntung ada teman-temannya yang sudah siap bermain-main, sehingga aksi tipu menipu terjadi dan Aurel sudah lagi tidak memperdulikan ayahnya yang hendak pergi mencari penghidupan.
Dikantor, apa yang tersisa adalah kantuk, boyoke (punggung :red) cenut-cenut, kepala pening, konsentrasi hilang!
Aha begini ternyata rasanya menjadi seorang Ibu yang juga bekerja yang sebenarnya kejadian ini adalah belumlah seberapa. Dan aku menyatakan Hari pertamaku menjadi single parent adalah gagal. dan masih ada 12 hari lagi. Tabah tabah dan tabah.
Apa yang aku pikirkan sebelum menulis ini adalah "Strategi apa yang harus aku terapkan untuk bisa menghandle ini semua ?"
Yang berpengalaman bisa bantu saya ?
Bunda cepet pulang yah......
salam
hadi tea EUY!!!
- "Makasih Ya Yah..cup cup muach..."
Begitu percakapan pelepas kepergian Bunda ke Negeri Jiran dalam rangka short course dari kantornya di bandara Soekarno Hatta.
Hari masih sangat gelap, karena menyesuaikan first flight schedule yang akan membawa isteriku tercinta melancong ke negeri seberang. Kecupan sayang mengantarkannya dengan penuh kebahagiaan, sementara Aku saat itu memulai jabatanku sebagai Ayah dan Ibu untuk period 2 minggu kedepan.
Dalam rasa mengantuk yang sangat amat karena kurang tidur (akhir tahun kerjaan menumpuk) Aku melanjutkan perjalanan langsung menuju kantor sesegera mungkin demi menghindari 'three in one'. Bikin susah aja!!!
"Huaaah.." Ternyata sisa-sisa ngantuk terus menggayuti mataku, tapi siang ini agenda pekerjaan siap menanti, e-auction, tender, operation problem, bla bla bla.
Jam 6.15 Aku sudah memarkirkan mobil dengan sukses di tempat seperti biasanya, untung Bang Rof sudah stand by di kantor memudahkan aku untuk langsung masuk ke kantor.
Pulang lebih cepat adalah bentuk tanggung jawabku menjadi Ayah sekaligus Ibu. Tapi ya secepet-cepetnya ternyata jam 8 malem aku baru tiba di rumah.
+ "Ummi, Aurel sudah bobo ?"
- "Sudah Pak" begitu jelas pengasuh anakku.
+ "Gimana hari ini, susunya berapa botol, makannya, tidurnya, obatnya bla bla bla?"
- "Baik-baik semua Pak....." dilanjutkan dengan jawaban rinci dari apa yang aku tanyakan "Tapi tadi pagi Anu Pak...."
+ "Kenapa Um ?"
- "Anu, Aurel pas bangun nangis-nangis cari ayah ama bundanya, trus mukanya baret kena cakar garukan tangannya"
+ "Aduh......"
Aku sedikit kaget dan langsung masuk kamar untuk melihat kondisinya, tapi Alhamdulillah goresan kecil saja yang bisa hilang segera. Dalam hatiku hanya berdoa jangan sampe bekas baret tersebut masih ada pas isteriku pulang. Sekaligus aku periksa seluruh badan anaku tercinta yang sedang pulans tertidur.
+ "Ummi, ini kok ada darah beku di telapak kaki Aurel kenapa ?"
- "Aduh kurang tahu Pak "
+ " Tadi siang main di luar nggak ? pas main pake sepatu nggak ?" dan segala pertanyaan pencarian tahu kemungkinan apa yang mengakibatkannya. Aku coba hapus dengan tissue basah yang sudah diberi betadiene, tapi ternyata confirmed itu darah beku bekas benturan di telapak kaki.
Hari pertama, sudah dua coreng membekas ditubuh anaku. Aku segera menyelesaikan ritual harianku, mandi, makan dan kegiatan lainnya untuk langsung masuk ke kamar tidur menemani sang buah hati kami sambil baca novel hingga aku tertidur.
Jam 1.30 Aku terbangun karena jeritan Aurel, dan aku langsung mempraktekan kebiasaan isteriku untuk menidurkannya kembali dengan menepuk-nepuk punggungnya sambil memberi susu di botol. Yang terjadi malah jeritan tangis di tengah malam bolong semakin menjadi, weeh... hasil training dari isteriku sebelum pergi kemaren ternyata gagal total. 15 menit, 20 menit dan 25 menit lebih Aku menyerah.
"Ummi, tolong bapak tidurkeun lagi Aurel ya" Aku terpaksa membangunkan pengasuh anakku meminta bantuannya.
Jam 3 tangisan reda dan Aurel tergolek kembali tertidur dengan nyenyaknya. Dan aku masuk kembali ke kamar melanjutkan tidur yang terputus di samping si jelita.
Jam 3.30....
-"Ayaah.... na nan nana..Buda.."
Aku terbangun kembali, dan terkjut si Kecil sudah berdiri di atas tempat tidur tepat di samping mukaku.
+"Eeeh...kok udah bangun lagi ? tidur lagi yuk..." Aku coba menggendongnya dan berusaha membaringkannya kembali. Apa daya yang terjadi si kecil malah menjerit-jerit dan menangis.
+"Lho... ini masih malem sayang, belum ada yang main. Tuh liat masih gelap di luar..." Aku sibakan gordyn untuk membuktikan padanya bahwa sekarang bukan saatnya untuk bermain (ini adalah pembuktian yang tolol, kemudian aku baru sadar). Tangisan dibarengi dengan rontaan semakin menjadi-jadi. Akhirnya dengan gontai aku ikuti permintaannya, turun dari tempat tidur dan bermain di tengah rumah. Si Ummi hanya bisa memperhatikanku saja karena dari awal aku sudah bilang bahwa sebelum aku minta tolong dia nggak perlu bantu apapun. Jam 4.30 ternyata punggung dan mata sudah tak sanggup untuk melayani permintaan si Aurel kecil (apalagi mengingat nanti siang di kantor jadwal meeting dan agenda kalkulasi tender membutuhkan konsentrasi tinggi). Dan aku yakin pada saat aku sok-sokan nggak minta bantuan si Ummi, dia pasti berfikir geli "Si Bapak nih kuat seberapa lama yah ?" huaaa.
+"Ummi, Tolong Aurel di jaga yah. Bapak mau tidur dulu sebentar"
-"Bukannya dari tadi aja Pak" si Ummi terseyum.
Dan aku bersyukur mendapatkan pengasuh anaku yang baik dan loyal so far.
Ritual berangkat ke kantor tak kalah merepotkan, biasanya si kecil akan di gendong isteriku dan ikut naik mobil sampai pintu gerbang, karena ternyata suara mobil itu pertanda baginya bahwa Ayah dan Bunda akan pergi meninggalkannya dan ritual pagi harus berjalan seperti biasa tanpa terkecuali. Kalo tidak, nangis lah (ah dasar anak kecil hehehe). Pagi itupun aku ajak dia dikursi kemudi sementara aku mulai menjalankan mobil menuju gerbang. Pada saat akan serah terima ke Si Ummi, yang terjadi adalah jeritan tangis semakin menjadi. 3 Menit, 5 menit, 10 menit lewat si kecil nggak mau turun. Beruntung ada teman-temannya yang sudah siap bermain-main, sehingga aksi tipu menipu terjadi dan Aurel sudah lagi tidak memperdulikan ayahnya yang hendak pergi mencari penghidupan.
Dikantor, apa yang tersisa adalah kantuk, boyoke (punggung :red) cenut-cenut, kepala pening, konsentrasi hilang!
Aha begini ternyata rasanya menjadi seorang Ibu yang juga bekerja yang sebenarnya kejadian ini adalah belumlah seberapa. Dan aku menyatakan Hari pertamaku menjadi single parent adalah gagal. dan masih ada 12 hari lagi. Tabah tabah dan tabah.
Apa yang aku pikirkan sebelum menulis ini adalah "Strategi apa yang harus aku terapkan untuk bisa menghandle ini semua ?"
Yang berpengalaman bisa bantu saya ?
Bunda cepet pulang yah......
salam
hadi tea EUY!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)