HK is for Hadi Kuncoro
- Hadi Kuncoro
- A Friend, Husband & Father! Time is always change and so does the world! House of Changes by HK is there to partner with you to share, brainstorm and dreams. We build a new pardigm for a better life and society. I do invite you to encourage ourself to lead the changes! Hadi Kuncoro
Monday, May 02, 2005
SSU..SU..atu waktu dikala bergunjing
"Idiih siapa yang liatin situ ?"
"Lha itu matanya jelalatan ke bagian yang nggak sopan ?" seraya wanita itu menutupi bagian depan tubuh atasnya dengan risi
"Lha ya nggak apa-apa toh ?" sambil meringis menahan malu
"Emang kalo situ plototin kayak gitu, bisa lepas apa tutupnya ?"
Hwataw........
Hebat juga saya kalo ngeliatin gitu terus lepas penutup auratnya...ah.... ngayal...stop ! stop !
Jadi inget acara memang sulap memang sihir....
Suatu siang yang lain, disebuah kerumunan obrolan para buruh kapitalis sembari melepas lelah di waktu lunch.
"Hey hati-hati yah Bu, jangan keseringan naik bajaj"
"Emangnya kenapa ? kan aku sudah nggak hamil lagi" begitu jawab rekan wanita kami yang baru saja melahirkan seorang putri pertamanya
"Nggak apa-apa, takut ASI-nya nanti jadi milk shake kalo kebanyakan naik bajaj"
"Hehehe...kurang ajar lo yah...."
Suatu malam, aku dan isteriku sedang memulai ritual melepas lelah sepulang kerja.
"Yah, udah baca koran hari ini ?"
"Belum, emang ada berita apa ?" begitu jawabku sambil lalu
"Pangeran Charles keracunan loh..."
"Haa... emang abis makan di warteg mana ?" tanyaku sambil cengengesan
"Bukan abis makan, tapi keracunan susu basi"
Suatu pagi dengan putri semata wayangku
"Ayah, Minum cucunya yah!"
"Nggak mau" jawabku tegas sambil menggelengkan kepala
"Napa Yah, enak ok"
"Nak susu itu dari induk sapi untuk anak sapi, bukan untuk anak manusia"
"Telus..."
"Kalo ayah lebih suka wadahnya susu aja"
"Gerrr.....Hemmmm...." anakku bingung....
Beratus tahun yang lalu banyak sudah guyonan dan lawakan terjadi hanya karena sebuah bagian tubuh wanita, begitu kurang ajarnya para pria di muka bumi ini, karenanya.
Begitu pula kah sekumpulan wanita ketika mereka sedang berkumpul dan berguyon sesama wanita terhadap pria ?
Mohon maap kepada para wanita, ini hanyalah sekedar tulisan selepas kerja sambil menunggu waktu macet...
salam
h@di tea EUY!!!
Anak Kecil Itu......
HARDIK-Nas

"Hey Kamu, Mana PR-nya ?"
"Bodoh Kamu !!! begitu saja tidak bisa"
"Sana Bekerja !!!"
Eits, bukan itu maksud dari HARDIK-Nas di atas, tapi bahwa hari ini, sekarang adalah tanggal 2 Mei bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional dari Bangsa kita tercinta Republik Indonesia.
"Kalo di atas itu Menghardik ya anak-anak". Begitu Bu Guru Titin menjelaskan.
Dulu pada masa sekolah kita, menjelang hari besar ini kita disibukan dengan acara PORSENI, lomba cerdas cermat, olahraga dan lain-lain.
Namun sekarang seperti Hari-Hari besar lainnya, seolah jiwa dan semangat untuk perayaan cinta tanah air tidaklah semeriah masa-masa sebelumnya. Bahkan ketika pada Hari proklamasi Bangsa kita ini sekalipun pada setiap tanggal 17 Agustus.
Pagi ini acara sebuah radio menyiarkan cerita tentang bagaimana pahitnya seorang anak jalanan yang ditinggal oleh ayahnya masuk penjara dan sang ibu pergi untuk menikah lagi, dalam menempuh pendidikan dasarnya. Dia si "Yanto", selepas sekolah di sebuah SMP negeri haruslah menjalankan profesi sebagai pengamen jalanan demi untuk menafkahi hidupnya dan juga membiayai sekolahnya.
Bukan ! Bukan ! Bukan !
Bukan kepahitan itu yang akan saya bicarakan tapi response dari para pendengar yang kemudian yang akan saya angkat sebagai issue. Beberapa telepon masuk sebagai response dari rasa toleransi masyarakat kita terhadap masalah ini ;
Pak Andi menawarkan diri untuk membiayai pendidikan si Yanto hingga SMA
Bu Lusi menawarkan untuk menjadi orang tua asuh untuk pendidikan si Yanto
Pak Gandhi menwarkan Yanto untuk menjadi anak angkat
Pak Yusuf bahkan menawarkan untuk mengadopsi Yanto.
Seolah semua orang serta-merta menunjukan ibanya dan rasa prihatinnya. Begitu mudah bangsa ini tersentuh hatinya untuk rasa perih dan duka yang melanda.
Sementara dalam waktu bersamaan, 2 orang cukup usia (sudah tua malahan) sedang saling menghardik satu dengan yang lain, hanya karena satu orang si penyebrang jalan merasa sebagai kaum lemah harusnya mendapatkan prioritas dalam menyebrang jalan ketimbang membiarkan pengendara mobil yang lewat, walaupun sipenyebrang tahu dia melakukan kesalahan dengan menyebrang tidak pada tempatnya seperti di zebra cross (ini artinya bukan tempat menyebran kuda zebra loh?) atau jembatan penyebrangan. Sementara si Pengemudi mobil menghardik balik dengan kerasnya karena menganggap bodoh si penyebrang melintas jalan di jalur cepat Kuningan.
Saya hanya bisa tertegun, dan bertanya dalam hati mengapa bangsa ini begitu mudah menunjukan rasa terharu dan juga sebaliknya mudah dalam melakukan agresi emosional terhadap satu dengan yang lain ?
Padahal kedua tindakan tersebut adalah merupakan aktifitas yang saling bertolak belakang, walaupun didasarkan pada emosi manusia. Yang satu emosi positif dan yang satunya emosi negatif.
Itulah mungkin, mengapa HARDIK-nas di masa lalu sudah dirubah menjadi HARPENNAS (kata isteri saya loh). Tapi whatever the name-nya toh kurikulumnya sampai saat ini tidaklah pernah berubah secara mendasar. Bahwa dahulu kita merasakan betapa pintarnya teman kami si "Itu" untuk mendapat nilai A selalu di setiap mata kuliah dan ujian, sementara si "Ini" selalu ngos-ngosan untuk mendapat nilai C. Namun pada saatnya bekerja, ternyata si nilai C bisa jauh lebih sukses dari takaran karir profesional dibandingkan dengan si nilai A. Inilah fakta system pendidikan di Negara kita bahwa nilai A bukan berarti kehebatan tolok ukur sebuah kepahaman pengetahuan yang dipelajarinya untuk diaplikasikan di dunia kerja atau dunia nyata. Lha wong nyambungin dari bab satu ke bab dua aja bingung kok, apalagi di suruh memahami seluruh buku dan mata pelajaran untuk diambil sarinya dan kemudian di aplikasikan dalam dunia kerja, tentu repot (apalagi bagi saya yang hanya sebagai siswa yang begitulah apa adanya).
Pertanyaannya, apakah dengan mengganti nama dari HARDIK-Nas menjadi HARPENNAS, apakah kemudian sudah tercipta masyarakat yang madani ? (Lha bahkan Madani itu juga apa, ya nggak tahu yah ?)
Sudahkah, dana kompensasi BBM untuk pendidikan dasar gratis terealisir ?
Wallahualam...... kalo memang pun belum semoga ada alasan yang barokah untuk keterlambatan pemenuhan janji itu.

salam
h@di tea EUY!!!
Monday, March 21, 2005
Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh

+ "That's your problem not mine Pak!!"
- "For sure Ibu,... itu sudah pasti manjadi tanggung jawab kami namun sedikit klarifikasi bisa saya sampaikan..... "
+ "Aaah...I don't care lah..." Brakk!!!... gagang telepon terbanting dengan suksesnya.
- Degh....gerrrr.............. (sambil ngelus dada... umugi diparingi sabar ingkang Gusti Alloh)
Note :
+ : Customer
- : Aku
Begitulah kadang kapitalistik menjadikan kita seperti layaknya mesin produksi yang ter set up secara sistemik robotis. Beberapa minggu terakhir ini situasi yang sangat frustasi buatku dan team secara keseluruhan, bahwa clients mengirim heavy complaint, alam tidak sedang berfihak, mentalitas attitude manusia Indonesia yang memble, infrastructure yang bobrok dan sebagainya dan sebagainya. Lengkap sudah penderitaan ini, apa lacur semua begitu sukar sekali terkendalikan.
Sebagai professional aku sangatlah memahami situasi seperti ini begitu sangat tidak ideal untuk semua pihak, namun kadang sepertinya kita sudah kehilangan makna penghargaan dan empathy pada sebuah proses komitmen pencapaian terbaik yang sudah diupayakan hanya karena kita semata-mata terjebak dalam lingkaran kapitalistik yang salah kaprah.
Tuhan telah menggariskan kepada umatnya adalah bukan serta merta menjadi kaya dan berhasil tapi lebih kepada untuk berusaha dan berikhtiar.
Aku dan teamku sudahlah berusaha terbaik yang bisa kami lakukan, namun apa daya seolah tangan terborgol kaki terpasung, semua tinggal menanti, memonitor, mengawasi dan melaporkan serta berdo'a. Adapun bila Tuhan berkehendak lain, apa yang harus kami lakukan selain meminta maaf bahwa usaha terbaik kami belumlah berhasil memenuhi satisfaction level semua clients.
Investigation Report, Rout Cause Analysis, Expert Choice, dan Corrective Action Program merupakan guideline yang kami wajibkan sebagai usaha ikhtiar optimis kami untuk tetap melangkah maju. Walupun resiko menerpa dengan waktu menjadi berkepanjangan bekerja di kantor ; isteri cemberut karena tak sempat lagi ada komunikasi ketika berada di rumah, anak-anak tak mengenal lagi ayahnya, kelelahan fisik yang teramat sangat, dan segala bentuk frustasi lainnya melanda semakin parah manakala segala daya upaya yang sudah kita lakukan justru menjadi bumerang, klaim di sini, makian di sana, komplain di situ dan kemurkaan dari segala arah.
Nah begitulah, some times... I have to realize that capitalism creates being a machine to all of us... ah itulah Buruh Kapitalis. Akupun kadang begitu.
Dan yang sesungguhnya, begitupun kami di sini sebagai penjual services, apabila pelanggan marah dan bisnis terhenti maka tanggungan dapur ngebul keluarga sangatlah menjadi concern paling utama. So, untuk apa kami merusak bisnis ini, selain apabila sudah di luar kehendak dan kemampuan kami ?
Kapitalis bolehlah kapitalis, dan dunia akan begitu indah bila kemasan pendekatannya dengan berpatokan pada partnership concept. Apa itu partnership concept ? Ah... akan menambah panjang saja rangkaian ini.... Namun pada intinya adalah :
Layaknya pasangan suami isteri, kita adalah satu team, yang tidak sedang bermusuhan, tidak sedang berkompetisi, dan tidak sedang saling menjatuhkan. Tapi kita adalah saling mengisi dan percaya karena dalam jalan serta tujuan arah yang sama. Seperti sebuah moto di Sunda yang cukup aduhai "Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh"
Pokoknya Hidup PERSIB-lah....
Bandung BERHIBER ; Bersih Hijau dan BERHIBER lagi... Bersih Hijau dan BERHIBER... lagi...(Eh...tambah panjang ajah atuh....ini mah yah!)
salam
h@di Tea EUY!!!
Tuesday, March 08, 2005
Ganyang Malaysia, Selamatkan.....
"Ganyang Malaysia!!!"
"Kami siap Membela Tanah Air, Ganyang Malaysia"
Begitulah kira-kira tulisan yang terbentang diantara spanduk-spanduk yang direntangkan oleh para pengunjuk rasa.
Seluruh wajah terlihat marah dan kesal, tapi marah untuk siapa dan kesal untuk apa ?Dengan tema unjuk perasaan seperti ini agak sukar untuk mencari issue bahwa mereka adalah para "demonstran karir" alias yang berdemo untuk mendapatkan uang dari si pembuat skenario dan dalang dari unjuk perasaan tersebut.
Bangsa ini nyarislah berstatus bangsa yang porak poranda. Faktor endowment sebagai Kebesaran Illahi Robbi yang telah menaungi bangsa ini ternyata tidaklah membuat semuanya menjadi barokah dan apa lacur justru telah menjadi yang tersisihkan, terhinakan dan terporak porandakan.
Pengalaman-pengalaman beberapa waktu lalu berlancong ke beberapa negeri seberang, bahkan sempat membuat aku kehilangan kepercayaan diriku untuk mengakui sebagai orang Indonesia terutama pada masa terrorist isuue. Sialnya, secara anatomi aku terpatri sebagai contoh nyata (bukan contoh yang sempurna ya...) dari anatomi fisik manusia melayu/Malay yang bukan ras china. Sehingga apabila aku mengaku dari Malaysia atau Singapore logatku jelaslah kentara perbedaannya namun apabila mengaku Philipine bahasaku tidaklah sebagus mereka. Ketiga negara tersebut sebagai tempat pengakuanku selama ini.
Dan kemudian masanya, masalah itu datang manakala aku menyebrangi perbatasan Malaysia dan Singapore melalui darat dari Johor Baru, maka terantuklah aku disebuah ruangan imigresen Malaysia selama hampir dua jam tanpa jelas permasalahannya.
Berikut cuplikan, pertanyaan-pertanyaan yang membuat takjub dan tak masuk akal yang selalu ku jawab dengan pertanyaan balik kepada petugas :
+ "Where are you from ?"
- "excuse me, can you read my passport ?"
+ "What company are you working for ?"
- "Do you know the logistics company G&U Logistics Pte Ltd ?"
+ "No I don't laaah"
- "So, what for you asked then, huh ?"
+ "Who is your boss ?"
- "If I tell you abt my boss, do you think you will know him ?"
akhirnya lama-lama gedegh juga dia, dan pada sesi terakhir aku malah balik bertanya padanya :
- "Hey Pak, what the reason for all this thing ?"
+ "No Sir, Apologize, I only follow the instruction nhaa"
- "Tell me who has instructed you to do this ?"
+ "I am sorry Sir, Can not-lah..."
- "Who is your Boss ?"
+ "If I tell you abt my boss, aah do you think you will know him ?" (Eh, dia pake jawaban gue sebelomnya)
Dan ternyata dia lebih gedheg lagi mendengar seluruh pertanyaan ku, dan akhirnya :
+ "Okey lah, everything is fine, You could continue the trip to Singapore haa and becarefull ya.."
Note :
+ Petugas Imigresen Malaysia
- Saya
Sekarang, karena keserampangan para pemimpin negeri dalam menahkodai Bangsa yang besar ini, kenistaan telah menghantui kehidupan berbangsa bagi kita semua. Semua adalah buah dari kesembronoan kita dalam melindungi batas wilayah, batas kemanusiaan, batas keadaban dan batas kebanggan berbangsa dan bernegara.
Padahal, aku sangatlah mengidolakan si Siti Nurhaliza, si lady with inner beauty. Dan jikapun aku diwajibkan mengikuti program bela negara aku akan menuliskan dispanduk sebuah kalimat :
"Ganyang Malaysia, Selamatkan Siti Nurhaliza"
Namun sesuai lantunan lagunya Siti, sebagai sesama serumpun melayu, tentunya Mengobrolkan masalah di meja perundingan kek, di warteg kek, di cafe kek itu haruslah didahulukan daripada otak dungu emosional sesaat.
Takkan Mungkin kita bertahan
hidup dalam kesendirian
panas dingin hujan badai
kita lalui bersamamu...........
"Ganyang Koruptor, Selamatkan Siti Nurhaliza" (euh..mani keukeuh..) ini baru tanpa kompromi.
salam
h@di tea EUY!!!